Seminar Kebencanaan Pendidikan Fisika UAD

Budaya Sadar Bencana dan Kesiapsiagaan Bencana Alam

Program Studi (Prodi) Pendidikan Fisika Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta mengadakan seminar dengan tema “Budaya Sadar Bencana dan Kesiapsiagaan Bencana Alam”, Minggu (31/01/2021).

Dikarenakan saat ini sedang dalam suasana pandemi Covid-19, maka seminar dilaksanakan secara daring atau webinar.

Tema kegiatan tersebut memang sangat penting untuk dibahas dan didiskusikan. Pasalnya, upaya mitigasi penanggulangan bencana alam di Indonesia masih rendah. Bahkan, Undang-undang tentang penanggulangan bencana alam di Indonesia pun dikeluarkan pada tahun 2007.

Kegiatan webinar yang dikuti 51 orang terdiri dari mahasiswa, dosen, dan masyarakat umum merupakan acara kolaborasi yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Pendidikan Fisika dengan Kelompok Studi Andromeda.

Webinar kali ini sekaligus acara donasi korban bencana alam. Dan, donasi yang terkumpul sebesar Rp. 1,97 juta disalurkan kepada korban bencana alam yang berada di Kalimantan Selatan dan Sulawesi Barat.

Pada kesempatan itu Dholina Inang Pambudi, M.Pd, Dosen Prodi PGSD UAD Yogyakarta sekaligus Kepala Pusat Studi Mitigasi dan Penanggulangan Bencana UAD) memaparkan terkait bencana alam dan upaya mitigasinya.

Di sela-sela webinar, Dholina mengapresiasi HMPS Pendidikan Fisika UAD dan Kelompok Studi Andromeda UAD Yogyakarta yang telah menyelenggarakan kegiatan itu.

“Peserta webinar ini termasuk sebagai pahlawan pengurangan risiko bencana alam,” ungkap Dholina Inang Pambudi.

Dholina juga menyampaikan bahwa Indonesia merupakan negara yang indah. “Banyak sekali potensi alam yang berlimpah,” tandasnya.

Namun dibalik itu, kata Dholina, Indonesia juga memiliki potensi ancaman bencana alam yang tinggi dan beragam.

Menurut Dholina, Indonesia memiliki 127 gunung berapi aktif. Dan 13 persen gunung berapi di dunia berada di Indonesia.

Selain itu, dijelaskan Dholina, Indonesia juga dilalui jalur pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. “Hal-hal itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa Indonesia banyak memiliki daerah rawan bencana,” papar Dholina.

Bagi Dholina, bencana alam yang terjadi di Indonesia di antaranya ialah gempa, tsunami, erupsi gunung api, banjir, dan tanah longsor. “Itulah mengapa sangat penting bagi kita harus menerapkan budaya sadar bencana serta kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana,” kata Dholina.

Pendidikan dan penyadaran tidak akan dapat menghentikan bencana. Namun, pendidikan dan penyadaran akan membantu mengurangi risiko bencana.

Dholina menegaskan, membangun kesiapsiagaan bencana memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. “Kapasitas diri kita masing-masing perlu ditingkatkan lagi dengan menambah pengetahuan serta menambah pemahaman tentang upaya penanggulangan dan mitigasi bencana alam,” terang Dholina, yang menambahkan salah satunya dengan mengenali ancamannya sehingga mengurangi risiko bencana.

Secara keseluruhan, peserta webinar cukup antusias mengikuti acara tersebut. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya jumlah pertanyaan yang diajukan para peserta.

Sebagai calon pendidik, mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika UAD Yogyakarta dapat menjadi penggerak perubahan budaya sadar bencana di masyarakat.

Dan, webinar ini akan ditindaklanjuti dengan program kerja yang dilakukan bersama antara dosen dan mahasiswa. “Hal itu untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam melakukan mitigasi bencana,” pungkas Dholina. (fan)

Exit mobile version