KONDISI komplek bangunan purbakala Candi Retno sebuah candi Hindu yang terletak di Desa Candiretno, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah saat ini semakin membaik.
Komplek situs Candi Retno yang pada awalnya terbuka, saat ini sudah diberi atap peneduh.
“Dua tahun lalu atap Candi Retno dibangun, sehingga saat ini air hujan tidak langsung jatuh menimpa bangunan candi.
Selain bangunan atap, oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah, lokasi tersebut juga dipasang lampu 2.200 watt, sebanyak enam buah pada bulan lalu,” ucap Juru Pelihara Candi Retno, Roba’i, Senin (1/11/2021).
Dengan adanya fasilitas tersebut, keberadaan atap akan membuat struktur bangunan Candi Retno lebih awet dari faktor cuaca. Dan saat malam hari sistem penerangan cukup memadai.
“Bangunan Candi diharapkan akan lebih awet karena faktor cuaca hujan dan panas sudah terhalang atap peneduh. Ditambah sistem penerangan pada malam hari menjadi terang sehingga mudah untuk pengawasan,” jelas Roba’i.
Pentingnya atap peneduh pada Candi Retno karena candi tersebut berbeda dengan candi-candi lainnya di Kabupaten Magelang. Struktur bangunan candi pada umumnya menggunakan bahan batu andesit, sedangkan pada Candi Retno menggunakan bahan batu bata.
Candi Retno berbeda dengan candi lainnya, bangunan candi berbahan bata. Adapun kondisi saat ini berupa reruntuhan yang menyisakan bangunan tangga masuk candi, pondasi luar (bagian kaki), dan pondasi dalam (bagian tubuh candi).
“Bangunan Candi Retno lebih mirip kepada pemukiman (rumah) zaman dahulu. Selain itu terdapat temuan lainnya pada wilayah tersebut seperti yoni dan arca,” papar Roba’i.
Roba’i menceritakan, lokasi ditemukan situs Candi Retno awalnya dulu adalah area pemakaman. Setelah digali dan terdapat candi, maka makam dipindahkan.
Ditemukan pada 1976 dan dilakukan penggalian pada 1979, kemudian selesai pada 1980.
“Beberapa warga masih melakukan kegiatan berdoa di situs ini karena dulu merupakan area pemakaman,” ungkap Roba’i. (btmg/kus)
Discussion about this post