MEMASUKI musim penghujan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang telah memasang lima unit alat early warning system (EWS) guna mengantisipasi terjadinya tanah longsor.
Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Kabupaten Semarang Heru Subroto menyampaikan, selain pemasangan alat, pihaknya juga memberikan sosialisasi dan mitigasi bencana alam kepada masyarakat setempat.
“Kita sudah memasang alat EWS di lima titik rawan tanah longsor. Namun, sosialisasi kepada masyarakat setempat juga dilakukan guna membangun kesiapsiagaan,” kata Heru usai mengikuti apel siaga bencana alam 2021 di lapangan Bung Karno, Kalirejo, Ungaran Timur (4/11/2021).
Menurutnya, meski telah memasang alat modern, pihaknya tetap mendorong tumbuhnya kewaspadaan warga terhadap bencana alam di wilayahnya. Kearifan lokal warga mendeteksi terjadinya bencana alam dinilai lebih efektif.
“Alat komunikasi seperti kentongan masih cukup efektif di kala terjadi bencana yang dibarengi listrik padam,” katanya lagi.
Kapolres Semarang AKBP Yovan mengatakan, berdasarkan prakiran BMKG, akan terjadi peningkatan curah hujan sampai Januari 2022 mendatang. Sedangkan kondisi geografis Kabupaten Semarang menyimpan potensi kerawanan bencana alam hidrometeorologis, yakni banjir, tanah longsor, dan angin ribut.
“Sepanjang tahun ini telah terjadi 48 tanah longsor, 16 kejadian angin ribut dan sembilan kali banjir. Penanganan bencana memerlukan kekompakan segenap unsur penanganan bencana alam,” tegasnya.
Kapolres juga mengimbau para personel, untuk terus meningkatkan kemampuan teknis penanganan bencana alam.
Bupati Semarang Ngesti Nugraha, meminta warga di wilayah rawan bencana untuk siap siaga dan waspada terjadinya bencana alam. (jtg/zil)
Discussion about this post