PERTARUNGAN dan konflik internal partai Demokrat menjadi persoalan pribadi partai. Karena itu jangan dibawa-bawa seakan menjadi persoalan nasional. Saya menjadi curiga ada apa ini?.
Setelah kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) awalnya menyeret-nyeret pihak istana dalam persoalan Kongres Luar Biasa (KLB) partai Demokrat yang tentunya jika bicara istana tidak akan lepas dari sosok presiden Jokowi sebagai orang nomor satu dalam istana.
Tidak berhenti disitu kini kubu AHY kembali menggunakan nama mahasiswa dan mencoba mengklaim kampus yang ada dijakarta untuk ditarik masuk dalam pertarungan dalam tubuh porpol. Ini sungguh gila dan makin menjadi-jadi serta sudah makin liar diluar nalar yang selazimnya.
Setelah kubu AHY dalam beberapa hari ini mencari simpati dan pengakuan publik dengan membunuh karakter nation pak Moeldoko dan juga kawan-kawan yang melakukan kegiatan politik KLB dengan menggunakan seluruh media ditanah air untuk menyerang.
Kemudian mereka belum puas juga sampai disitu kini mereka kembali memakai/menarik mahasiswa masuk pada ranah politik partai Demokrat.
Mereka seolah menjual mahasiswa atas nama demokrasi dan konstitusi.
Cukup sedih saya dan kita semua jika para politisi menggunakan cara-cara buruk seperti ini hanya untuk mempertahankan syahwat berkuasa politik dinastinya.
Jika ingin menjadikan demokrasi sebagai tolak ukur berpoltik, maka pergunakan dan jalankanlah demokrasi dengan benar dan sebaik-baiknya. Tentunya sesuai pada marwah juga tempatnya yang terhormat.
Gunakanlah cara-cara halal dan terpuji dalam berdinamika diruang politik. Masyarakat akan melihat secara penuh apa yang terjadi dan kita lakukan . Kemudian biarkan hukum menjadi panglima terdepan dinegara ini.
(sal/fia)
Penulis adalah Boyke Novrizon Stering Commite KLB partai Demokrat dan aktivis mahasiswa ’98
Discussion about this post