KONDISI sungai dan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia dapat semakin terdegradasi sehingga dapat berdampak pada kehidupan manusia.
Salah satu fenomena yang terjadi adalah terjadinya banjir akibat adanya luapan air sungai. “Tinggi muka air sungai yang melebihi daratan menyebabkan air menyebar ke daratan dan menggenangi lingkungan sekitar,” ungkap Kharisma Yudhistira, Manajer Pelaksana PT Merapi Tani Instrumen (Mertani), Senin (5/12/2022).
Bagi Kharisma Yudhistira, banjir ini dapat disebabkan oleh faktor alam, seperti curah hujan yang berlebih atau terlalu tinggi. “Selain itu, banjir juga dapat diperparah dengan berkurangnya area resapan air dan adanya penumpukan sampah dan sebagainya,” jelasnya.
Oleh karena itu, kata Kharisma, pemerintah mulai menginisiasi adanya penerapan teknologi yang mampu memberikan informasi mengenai kondisi tinggi muka air sungai secara terus-menerus (realtime) dan melalui jaringan internet (online).
Teknologi itu bernama Automatic Water Level Recorder (AWLR). “Dan AWLR merupakan salah satu alat telimetri berbasis Internet of Things (IoT) yang mampu memberikan informasi mengenai tinggi muka air sungai di titik-titik vital aliran sungai,” kata Kharisma.
Apabila terjadi anomali ataupun tanda-tanda terjadi luapan air sungai, maka pemerintah dapat memberikan peringatan lebih dini kepada masyarakat.
Dijelaskan Kharisma, PT Merapi Tani Instrumen (Mertani) merupakan perusahaan berbasis teknologi di Yogyakarta yang menyediakan dan berbagi solusi digital bagi sektor industri.
Di antaranya adalah teknologi untuk melakukan pemantauan cuaca secara otomatis, pemantau curah hujan secara otomatis, pemantau tinggi muka air otomatis dan pemantau kualitas air otomatis.
Selain itu, Mertani juga menyediakan solusi digital lainnya sesuai dengan kebutuhan industri.
Pada Juli 2022, tim Mertani mendapatkan undangan rapat bersama Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Dalam rapat tersebut Tim Mertani diminta untuk memaparkan solusi yang dimiliki untuk membantu pemerintah dalam melakukan pengendalian risiko banjir di sepanjang aliran sungai yang menjadi tanggungjawab BBWS Pemali Juana, yaitu di wilayah Semarang hingga Purwodadi, Jawa Tengah.
Solusi yang diangkat adalah pemanfaatan Automatic Water Level Recorder (AWLR) di titik-titik krusial. Hasilnya, 12 titik pemantauan yang tersebar di area Semarang hingga Kabupaten Purwodadi telah dilakukan pemasangan AWLR.
Dengan pemasangan perangkat canggih ini, kata Kharisma, informasi mengenai tinggi muka air sungai dapat dipantau secara terus menerus (realtime) dan online.
Ketika terjadi luapan air sungai yang cukup ekstrem di salah satu titik pemantauan, maka orang yang bertugas di masing-masing lokasi dapat segera melakukan tindakan. “Misalnya, mengatur buka atau tutupnya gerbang air sungai, terutama di bendungan,” ungkap Kharisma.
Informasi ini juga dapat dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan terkait manajemen aset di aliran sungai dan menentukan langkah strategis penanganan banjir. (Fan)