Dalam rangka untuk memberikan pemahaman pendidikan multikultural bagi mahasiswa terkait keberagaman di era masyarakat super smart atau Society 5.0, UAD Yogyakarta melalui Biro Kemahasiswaan dan Alumni (Bimawa) dan KKUI (Kantor Kerjasama dan Urusan Internasional) mengadakan acara secara daring melalui channel YouTube Universitas Ahmad Dahlan “Virtual International Course 2020”, Kamis (17/12/2020). Ke depan, akan diadakan secara offline agar lebih maksimal dalam bertukar pikiran dan berdiskusi.
Sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut adalah Ali Almaktari dari Yaman, Md Arfan Rasyid dari Bangladesh, Noha Elkenany dari Mesir, Pang Zhengxing dari China dan Rabiatul Adawiyah dari Malaysia dan Hong Minwoo dari Korea Selatan.
Dikatakan Dr Gatot Sugiharto, SH, MH, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, keragaman dapat dilihat dari suku, budaya, bahasa, dan agama. “Terlepas dari semua perbedaan tersebut, negara-negara di seluruh dunia memiliki pandangan yang sama tentang pengembangan sumber daya manusia sebagai kunci untuk membangun masa depan yang damai,” katanya.
Bagi Gatot, keragaman budaya, suku, bahasa, agama dan sebagainya sesungguhnya sebagai asset dunia yang layak untuk dibanggakan sebagai sebuah kekayaan bangsa.
“Kolaborasi dalam meningkatkan dan memanfaatkan potensi dari keberagaman tersebut menjadi sangat penting,” kata Gatot.
Menurutnya, untuk tercapainya suatu pandangan yang sama itu pentingnya saling bertukar sinergi, saling menghargai negara yang satu dengan yang lain, demi terwujudnya masyarakat dunia yang cerdas dan mampu membangun peradaban di dalam keberagaman.
Gatot melihat, potensi perpecahan semakin terlihat nyata di dunia internasional. “Sehingga jika tidak disikapi dengan benar justru akan mengganggu kedamaian dunia dan berpotensi kerusakan dunia di wilayah internasional,” papar Dr Gatot Sugiharto, SH, MH.
Problematika internasional terkait dengan keberagaman suku, budaya, bahasa — bahkan agama — harus menjadi perhatian bersama para kaum intelektual muda sebagai generasi penerus peradaban.
“Di masa mendatang, pemimpin dunia internasional adalah para generasi muda saat ini,” tandas Gatot, yang menambahkan mengembangkan sumber daya manusia merupakan kunci dalam membangun masa depan yang lebih baik. “Yakni perdamaian, kemajuan bersama dan kesejahteraan dunia,” kata Gatot.
Tujuan akhir dari UAD Virtual Internatioanl Course ini, seperti disampaikan Danang Sukantar, MPd, Kepala Bidang Pembinaan Organisasi Kemahasiswaan dan Prestasi Mahasiswa Bimawa UAD, adalah untuk memperkuat kesadaran kaum muda akan masalah dan perubahan internasional yang masif.
“Selain itu untuk membuat mahasiswa menjadi kreatif, inovatif dan mampu membuat solusi terbaik untuk menghadapi masalah sosial global,” kata Danang.
Kegiatan yang terbuka untuk semua negara, juga diikuti mahasiswa S1 UAD, mahasiswa S1 Perguruan Tinggi seluruh Indonesia dan mahasiswa S1 dari seluruh dunia.
Sebelumnya, peserta harus menulis teks opini sesuai tema maksimal 500 kata. Juga membuat video pendek berdurasi 3-5 menit atau foto tentang budaya lokal, destinasi wisata lokal dan kuliner lokal. (Affan)