BEBERAPA saat setelah shalat Maghrib pada tanggal 26 Mei 2021 atau 14 Syawal 1422 Hijriyah, Bulan purnama mulai muncul dari ufuk timur Kota Yogyakarta.
“Namun, ada yang beda. Karena, Bulan terlihat membesar daripada purnama biasanya. Selain itu, piringan Bulan terlihat lebih redup. Bulan terbit bertepatan dengan fase Gerhana Bulan Sebagian,” kata Yudhiakto Pramudya, Ph.D, Kepala Pusat Studi Astronomi (Pastron) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) saat mengamati fenomena Gerhana Bulan Total di Observatorium Kampus Utama.
Pengamatan tersebut dilakukan oleh Pastron UAD bekerja sama dengan Pusat Tarjih, Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) UAD, Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah serta Takmir Masjid Islamic Center UAD. Selain observasi, salat gerhana dan diskusi ilmiah juga dilaksanakan yang disatukan dengan penayangan Pengajian Tarjih.
Observasi Gerhana Bulan Total (GBT) di Kampus Utama Jl Jenderal Ahmad Yani, Ringroad Selatan, Kragilan, Tamanan, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul.
Selain observasi, shalat gerhana dan diskusi ilmiah juga dilaksanakan, yang disatukan dengan penayangan pengajian Tarjih.
Adapun observasi dipusatkan di Observatorium UAD dengan menggunakan berbagai teleskop yang digerakkan secara otomatis sehingga dapat mengikuti gerak Bulan.
Menjelang waktu Isya, seperti dijelaskan Yudhiakto Pramudya, Bulan memasuki fase Gerhana Bulan Total, yang mencapai puncaknya pada pukul 18.25 WIB.
Observatorium UAD tidak hanya mendapatkan citra, tapi juga menyiarkan video gerhana Bulan secara langsung ke YouTube. Bahkan, UAD Yogyakarta menjadi salah satu titik pengamatan Gerhana Bulan Total secara nasional yang dikoordinasi oleh Planetarium dan Observatorium Jakarta.
“Warna citra totalitas tidak terlalu merah terang dan hal ini bisa jadi diakibatkan pengaruh kualitas atmosfer pada saat dilakukan pengamatan,” papar Yudhiakto Pramudya.
Secara keseluruhan, cuaca di Kota Yogyakarta relatif cerah sedikit berawan. Oleh karena itu, hampir seluruh fase gerhana Bulan berhasil diamati dan disiarkan.
Gerhana Bulan Total yang berjarak beberapa jam dengan keadaan perigee memang tidak sering terjadi. Tentu, hal ini menarik. Dan suatu pencapaian yang berkesan bagi UAD Yogyakarta untuk dapat mengabadikan fenomena tersebut.
Selain itu, UAD juga mendapatkan laporan citra gerhana Bulan dari berbagai daerah di Indonesia. Mahasiswa dan alumni UAD – khususnya dari S1 dan S2 Pendidikan Fisika UAD – yang sedang berada di berbagai daerah, juga mengirimkan foto. Hal ini semakin memperkaya data dan dapat dijadikan pelengkap analisis untuk mempelajari tata surya.
Data citra gerhana Bulan juga dilengkapi dengan data tingkat kecerahan langit yang didapatkan dari Sky Quality Meter yang sudah dikendalikan secara Internet of Thing. UAD senantiasa memutakhirkan perangkat pengamatan dan meningkatkan jejaring pengamatan.
UAD tidak hanya menguatkan kegiatan ilmiah, tapi juga aspek religi. Shalat gerhana dan siaran pengajian Tarjih dengan tema gerhana Bulan juga dilakukan. Shalat gerhana dipimpin oleh Ustadz Dr H Nur Kholis, S.Ag, M.Ag dengan khatib Ahmad Muttaqin, M.Ag, MA, Ph.D. Sedangkan pengajian Tarjih disampaikan oleh Dr H Oman Fathurrahman.
Pelaksanaan observasi dan shalat gerhana tetap mengikuti protokol kesehatan. Secara keseluruhan, acara dihadiri Rektor UAD Dr Muchlas, MT beserta para Wakil Rektor dan sejumlah pejabat.
Dukungan pimpinan universitas sangat baik untuk dapat meningkatkan pelayanan UAD dalam menyajikan data astronomi secara rutin dan berkualitas.
“Observasi dan shalat gerhana serta pengajian mampu dijadikan sebagai media untuk meningkatkan literasi sains di masyarakat sekaligus meningkatkan keimanan,” terang Dr Muchlas, MT, Rektor UAD Yogyakarta, Jum’at (28/5/2021). (fan)
Discussion about this post