PEMERINTAH Kota (Pemkot) Yogyakarta mengimbau masyarakat untuk menahan sampah agar tidak dibuang dahulu di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan depo sampah selama beberapa hari ini. Mengingat sampah sudah menumpuk di TPS dan depo sampah di Kota Yogyakarta lantaran tidak bisa membuang sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan Bantul yang diblokade masyarakat sekitar.
“Kami harap masyarakat menahan diri, menyimpan dulu sampah sampai nanti betul-betul pengiriman sampah ke TPA Piyungan bisa selesai. Harapan kami tolong tahan dulu dua sampai tiga hari,” ujar Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi, usai melepas arus balik gratis di Terminal Giwangan, Minggu (8/5/2022).
Heroe menyebut kemampuan TPS dan depo-depo sampah di Kota Yogyakarta mampu menyimpan sampah selama dua sampai tiga hari. Namun selebihnya dari hari itu, tidak bisa menahan. Selama libur Lebaran diakuinya volume sampah meningkat signifikan seiring jumlah wisatawan maupun pemudik ke Yogyakarta juga bertambah.
“Jumlah wisatawan pemudik jauh melebihi dari prediksi dan jauh dari kapasitas tempat sampah. Kami sudah tingkatkan proses pengambilan sampah dari tiga kali menjadi lima kali dalam sehari,” terangnya.
Pihaknya berharap permasalahan di TPA Piyungan bisa segera diselesaikan. Diharapkan semua pihak terkait melihat kepentingan yang lebih besar karena sampah menjadi persoalan bersama.
Secara terpisah Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Sugeng Darmanto menjelaskan, pada hari biasa volume sampah di Kota Yogyakarta mencapai sekitar 370 ton per hari. Namun yang dibuang ke TPA Piyungan sekitar 260 ton per hari karena bisa berkurang dari bank sampah maupun pemulung. Saat libur Lebaran, volume sampah di Kota Yogyakarta naik sekitar 15 persen.
“Sudah tiga hari ini kami tidak bisa membuang. Maksimal kami paling lama bertahan lima hari. Sementara sampah kami simpan di truk-truk sampah di TPS dan depo-depo sampah seperti di Nitikan,” jelas Sugeng, Senin (9/5/2022).
Menurutnya, sebagian TPS maupun depo masih ada yang bisa menerima pembuangan skala kecil, misal ada warga membawa 1 sampai 2 kantong sampah kecil. Namun untuk pembuangan dengan gerobak sampah harus ditahan agar tidak dibuang dulu. Sebagian TPS dan depo sampah sudah penuh dan dijaga tidak boleh membuang sampah dulu.
“Dua truk sampah yang kosong bergerak untuk mengangkut sampah-sampah yang masih berceceran. Semua jalan protokol harus bersih,” ujarnya.
Sugeng mengatakan, di Kota Yogyakarta ada 565 bank sampah, tapi serapannya masih kecil yaitu 2 persen. Untuk itu pihaknya mengajak masyarakat agar memilah sampah sebelum dibuang.
Hal sederhana yang bisa dilakukah adalah memilah sampah organik dan anorganik. Sampah organik seperti sisa makanan dan kulit buah dari rumah tangga bisa diolah menjadi pupuk. Sedangkan sampah anorganik seperti kertas, botol bisa dijual ke bank sampah maupun pengepul.
“Menahan sampah di rumah dan memilah sampah. Minimal dua tempat penampungan organik dan anorganik. Kalau berbelanja ke toko kurangi penggunaan kantong plastik. Kami akan berupaya mengurangi dengan regulasi peraturan walikota,” terang Sugeng.
Sedangkan penanganan jangka panjang, Sugeng menyatakan, Pemkot Yogyakarta berkomitmen untuk mencari lahan sebagai TPA transisi. Rencana pengadaan lahan itu masih dalam tahap kajian awal. (*/ega)