Untuk kedua kalinya, STIE Pariwisata API Yogyakarta menggelar The International Conference on Creative Economics, Tourism & Information Management (ICCETIM).
Konferensi yang digelar 19 Desember 2020 secara virtual itu melibatkan para dosen, peneliti, praktisi, stakeholder dan akademisi dari berbagai negara. Mereka berbagi pemikiran tentang tantangan dalam menghadapi situasi yang penuh gejolak karena Covid-19. Semua berada pada situasi yang sama: ketidakpastian, turbulence. Tampil sebagai narasumber adalah Dr Muchammadun dari UIN Mataram.
Ketua STIE Pariwisata API Yogyakarta, Susilo Budi Winarno, SH, MH, mengatakan, tahun 2020 adalah tahun yang luar biasa, penuh dengan turbulensi. Covid-19 telah mengambil energi kita dan merusak perekonomian.
“Namun saya harap Anda, keluarga, dan perguruan tinggi Anda dalam keadaan sehat dan aman selama masa-masa sulit ini dan saya ingin menyampaikan simpati terdalam kami kepada semua yang terkena pandemi Covid-19,” papar Susilo Budi Winarno.
Konferensi ICCETIM ini menjadi salah satu kegiatan untuk mengenali dan menangani krisis. “Dengan hasil temuan penelitian dan diskusi hari ini, saya berharap dapat menemukan solusi, setidaknya untuk masyarakat sekitar dengan menggunakan keahlian yang kita miliki,” katanya.
STIE Pariwisata API berkomitmen untuk mendukung segala upaya di bidang pengetahuan: ilmu ekonomi dan pariwisata. Selain juga mendorong ketahanan masyarakat. “Kami percaya, akademisi mampu mengambil bagian dalam situasi yang bergejolak ini dan memberikan upaya sekuat mungkin,” tandasnya.
Sementara itu, Muchammadun dalam presentasinya menyampaikan bahwa pengembangan pariwisata berbasis komunitas bisa secara langsung berkontribusi pada tercapainya Sustainable Development Goals (SDG’s).
Terutama yang terkait dengan pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi (goals 8), konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab (goals 12), ekosistem laut (goals 14). “Untuk mewujudkannya diperlukan kebijakan dan manajemen yang baik,” tandas Muchammadun.
Pada bagian lain, Muchammadun menguraikan hikmah yang bisa dipetik dari pandemi Covid-19. “Pelajaran yang bisa dipetik dari krisis ini antara lain adalah tingginya ketergantungan dunia pariwisata. Krisis ini telah menghentikan secara permanen maupun temporer beragam sumber mata pencaharian”, tandasnya.
Menurutnya, segenap pemangku kepentingan harus mengupayakan pengambilan keputusan terkait kelangsungan pariwisata. “Sehingga dapat berkolaborasi dengan dimensi kehidupan yang lainnya,” terang Muchammadun.
Bagi Muchammadun, krisis ini menyadarkan kebutuhan akan keterlibatan dan kepemilikan yang lebih besar di antara komunitas lokal. “Masyarakat lokal harus dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaannya karena pariwisata itu bukan sekadar bisnis konglomerat,” kata Muchammadun. (fan)
Discussion about this post