STUNTING merupakan kondisi kekurangan gizi dalam taraf kronis sehingga menyebabkan gagal tumbuh ditandai dengan nilai tinggi badan menurut umur (TB/U) < -2 SD.
Dan sampai saat ini stunting masih menjadi permasalahan nasional karena prevalensinya yang masih tinggi.
Desa Mranggen — salah satu desa di wilayah Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah — menjadi desa lokus stunting.
Menurut bidan desa Mranggen, Amrih Ganjar Utami, AMd, Keb, beberapa kendala dalam pencegahan dan pengendalian stunting, yaitu kurangnya ketrampilan kader dalam pengukuran antropometri. “Sehingga validitas data pengukuran antropometri masih belum dapat dijamin,” kata Amrih Ganjar Utami, Kamis (6/10/2022).
Kurangnya pengetahuan ibu balita tentang makanan seimbang untuk Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) dan makanan balita juga menjadi kendala dalam penanganan masalah stunting di Desa Mranggren.
Tim pengabdian masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang diketuai Dr Sunarti, SKM, M.Si ikut berpartisipasi dalam upaya pencegahan dan pengendalian stunting.
Melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat mengadakan beberapa program, antara lain pelatihan pengukuran antropometri anak dan pelatihan Pemberian Makanan Bayi Anak (PMBA) berbasis pangan lokal.
Pelatihan antropometri diberikan kepada kader. “Dengan tujuan memberikan tambahan bekal ketrampilan cara pengukuran antropometri yang sesuai standar sehingga validitas data pengukuran antropometri di Posyandu dapat ditingkatkan,” jelas Dr Sunarti, SKM, M.Si.
Adapun pelatihan pembuatan makanan bayi anak berbasis pangan lokal bertujuan memberikan ketrampilan kepada kader cara pemanfaatan bahan lokal untuk diramu menjadi makanan dengan gizi seimbang pada bayi dan balita.
Pemateri dalam pelatihan tersebut adalah Nurul Putrie Utami, SGz, MPH, Dosen Prodi Bisnis Makanan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, yang memberikan pelatihan tentang pengukuran antropometri.
Selain itu ada Rahmawati Widyaningrum, S.Gz, MPH, yang memberikan materi tentang penteksturan MPASI dan Dr Sunarti, SKM, M.SI yang memberikan materi tentang modifikasi makanan bayi dan balita berbasis pangan lokal, khususnya tempe.
Pada kesempatan itu tampak 33 ibu-ibu kader perwakilan dari Posyandu di Desa Mrangen sangat antusias dalam mengikuti pelatihan tersebut.
Diharapkan, kegiatan pengabdian ini tidak hanya berhenti sampai di sini. “Akan dilakukan kegiatan lain berupa pendampingan ke Posyandu untuk mengawal kader dalam mempraktikkan hasil pelatihan antropometri,” terang Nurul Putrie Utami, SGz, MPH, Dosen Prodi Bisnis Makanan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. (Fan)
Discussion about this post