DUNIA ilmu pengetahuan, pendidikan dan psikologi pada khususnya, sangat kehilangan dengan wafatnya Prof Dr Malik Badri pada 8 Pebruari 2021. Seminggu sebelum hari ulang tahunnya yang ke-94 pada 16 Pebruari 2021.
Seorang pakar dari UNESCO expert in psychology dan pakar WHO expert in the Committee Traditional Medical Practices serta the Academic Department of Psychiatry of the Middlesex Hospital Medical School of London University, mencintai dunia pondok pesantren.
Prof Malik Badri adalah seorang pakar yang sangat besar kontribusinya dalam psychology, psychotherapy, clinical psychology. Pernah menjadi UNESCO Expert in Psychology Institute of Pedagogy, Ethiopia (1973–1974), WHO expert in the Committee on Traditional Medical Practices (1980–1984) sebagai senior clinical psychologist di berbagai rumah sakit.
Memperoleh Ph.D-nya dalam Clinical Psychology dari the University of Leicester, England, pada 1961. Postgraduate Certificate of Clinical Psychology from the Academic Department of Psychiatry of the Middlesex Hospital Medical School of London University pada 1966.
Professor, Head of Department dan juga pemegang the Ibn Khaldun Chair di the Kulliyyah of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences, IIUM, Malaysia.
Terakhir, sebelum pindah ke Turkey tiga tahun yang lalu, bersama Habib Chirzin buat seminar di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Beliau mengatakan: “Saya baru akan pindah ke Istanbul kalau saya sudah memenuhi janji saya kepada brother Habib Chirzin untuk memberikan seminar dan workshop (untuk yang kesekian kalinya) di Yogyakarta.”
Selepas itu menjadi visiting Professor di Zaim University , Istanbul, sampai wafatnya.
Tidak sedikit buku yang ditulisnya menjadi best-seller, seperti “Contemplation: A Psychospiritual Study”. Juga bukunya “Abu Zayd al-Balkhi’s Sustenance of the Soul: The Cognitive Behaviour Therapy of A Ninth Century Physician”, yang sudah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa.
Pendiri IAMP (International Association of Muslim Pychologists) ini, berbaik hati pernah berdiskusi dan menginap di tempat tinggal saya di Taman Amir Hamzah, Pegangsaan, Jakarta, pada Juni 2002. Dan kemudian berkunjung lagi ke rumah saya di Jalan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, pada 2018. Waktu itu bersama Prof Dr Bill Rager, pakar Sufi Psychology dari Sophia Univ, California dan Mas Prof Dr Mulyadhi Kartanegara. Kami pun juga bersilaturrahim ke Pondok Pabelan, yang tidak jauh dari rumah.
Dalam perjalanan dari rumah ke Pondok Pabelan, saya baru tahu bahwa Malik Badri kecil dididik langsung oleh bapaknya yang pendidik, pendiri dan Rektor The Ahfadh University, Sudan. Ia pun memperoleh Ph.D di Leicister, UK, ketika Hindun Fauziah, isteri saya baru berumur 2 tahun.
Prof Malik Badri sangat tertarik dengan dunia pondok pesantren. Nampak dari caranya mendengarkan dan memerhatikan penjelasan yang disampaikan oleh Ibu Nyai Ulfa Najib Suminto. Juga caranya mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Selain memperhatikan lingkungan kompleks Pondok Pabelan, sambil berbincang-bincang Prof Malik juga menyempatkan melihat kegiatan kesenian para santri yang saat itu sedang berlangsung.
Di akhir kunjungannya, Prof Malik menemui Ustadzah Ulfa Najib dan berpesan dengan serius: “Sister, you should establish a University in the Pesantren. My father has established the Ahfadz University in Sudan, when I was a young child…..”.
Bu Nyai Ulfa sempat terperanjat, mendengar pesan tersebut. Tetapi, karena sejak masa kanak-kanaknya sudah familiar dengan dunia perguruan tinggi, maka ia dapat mencernanya.
Ustadzah Ulfa, Nurul Faizah Najib Suminto, adalah putri dari Prof Dr Husnul Aqib Suminto, mantan Dekan Fakultas Ushuluddin, IAIN (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Beliau orang yang pertama kali saya temui di Leiden, Belanda, pada musim panas, Juli 1979. Dan sempat menginap di apartemennya di Condorhost, Leiden, bersama Pak Wasit Abu Ali dan Pak Alfani Daud, yang kemudian menjadi Rektor UIN Antasari Banjarmasin.
Semoga ilmunya memberikan manfaat kepada dunia yang luas. Dan melahirkan generasi pelanjut yang produktif dan kreatif. (Habib Chirzin)