KEBIJAKAN pendampingan bagi para pendaki Gunung Semeru kembali menarik perhatian, terutama setelah kritik dari beberapa pemandu gunung terkait kewajiban ini dan biaya yang dianggap terlalu mahal.
Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS), Rudijanta Tjahja Nugraha, mengungkapkan kebijakan ini diterapkan untuk menjamin keselamatan para pendaki. Semeru, yang merupakan salah satu gunung dengan tingkat risiko tinggi di Indonesia, memerlukan pengelolaan pendakian yang lebih ketat.
Rudijanta juga menegaskan bahwa pendampingan dilakukan oleh petugas terlatih untuk membantu pendaki yang menuju Ranukumbolo, jalur pendakian yang masih dibuka.
Pihak TNBTS mengakui adanya keluhan mengenai tarif pendampingan yang dianggap cukup tinggi. Namun, Rudijanta menyatakan bahwa mereka sedang melakukan kajian lebih lanjut agar tarif bisa disesuaikan dengan kondisi masyarakat, sehingga semua kalangan tetap bisa melakukan pendakian dengan aman tanpa terbebani oleh biaya yang tidak terjangkau.
TNBTS menyadari bahwa kebijakan ini memicu polemik, terutama di kalangan pendaki senior yang merasa tidak memerlukan pendamping. Namun, Rudijanta menjelaskan bahwa pendampingan yang dimaksud tidak berarti pemanduan yang memerlukan biaya lebih besar.
“Kami sebut sebagai pendamping karena pemandu tidak berada pada taraf seperti itu. Pendamping ini adalah petugas terlatih yang kami siapkan untuk memastikan keselamatan pendaki menuju Ranukumbolo,” jelasnya Senin 19 Mei 2025.
Ke depan, TNBTS berharap dapat menemukan solusi terbaik yang dapat diterima oleh semua pihak, baik pendaki, pemandu, maupun pengelola. Kebijakan ini diharapkan tidak hanya meningkatkan keselamatan pendaki, tetapi juga menciptakan sistem pendakian yang lebih terorganisir dan berkelanjutan.
Sebagai bagian dari upaya tersebut, Rudijanta berharap agar proses kajian terkait tarif dan kebijakan pendampingan dapat segera diselesaikan dan tidak menambah polemik di kalangan masyarakat. (ful/baca)