PENGAMAT politik dan hukum dari Universitas Nasional (Unas) Jakarta Saiful Anam mengatakan, kesetiaan partai pendukung presiden Joko Widodo alias Jokowi yang kini berada didalam kabinet akan luntur pada tahun ke dua.
Kesetiaan partai koalisi pada Jokowi tersebut, kata Saiful, akan lebih cepat luntur jika dibandingkan saat Jokowi menjabat pada periode pertama.
“Mereka akan berpikir untuk mempersiapkan Pilpres 2024 nanti,” kata Saiful Anam Kamis 30 Januari 2020.
Dosen Politik Hukum Tata Negara Unas itu menambahkan, riak-riak kecil diinternal partai koalisi itu sudah terjadi pada periode ke 2 Jokowi menjabat. Ketua umum partai NasDem Surya Paloh sering memunculkan bola panas itu meskipun anak buahnya jadi menteri.
Menurutnya, tidak bisa dimajukannya Jokowi pada Pilpres 2024 nanti menjadi salah satu faktor utama para pendukungnya cepat-cepat pergi meninggalkannya. Ditambah lagi, kekompakan diantara partai koalisi juga menjadi penentu.
“Tahun pertama keloyalan pendukung maupun partai koalisi Jokowi sangat kuat. Ditahun 2 keloyalan pada Jokowi mulai berkurang. Tahun ke 3, 4 dan 5 Jokowi akan mulai ditinggal oleh para pembantunya” jelasnya.
Ditambahkan Saiful Anam, partai politik pendukung Jokowi akan mulai menghimpun kekuatan untuk menghadapi Pilpres 2024.
“Mereka ada yang menghimpun kekuatan baru antar sesama koalisi, koalisi dengan oposisi. Ada kemungkinan partai yang selama ini ditengah kemudian masuk menjadi mitra koalisi. Untuk itu Jokowi mesti hati-hati dan mempertimbangkan dengan seksama langkah politik yang akan diambil,” ujarnya.
Saiful menyarankan agar Jokowi mewaspadai hal itu. Karena itu, Saiful berharap agar Jokowi makukan evaluasi menyeluruh terhadap kinerja para menteri ditahun pertama.
“Kan saat ini tidak ada evaluasi 100 hari. Jadi, reshufhle akan dilakukan Jokowi pada satu tahun jabatannya usai, terlebih lagi bagi Menteri yang sering membuat kegaduhan yang tidak sejalan dengan visi dan misi Presiden” ungkap Saiful.
Saiful menjelaskan, akibat terjadinya pergeseran loyalitas dari partai pendukung, maka ditengah hingga akhir periode keduanya ini, Jokowi akan dekat kembali dengan relawannya yang diehard pada Pilpres 2014 dan 2019 guna mengawal maksimal pembangunan yang akan ditinggalkan sebagai kenangan manis bagi rakyat Indonesia.
“Maka itu, Jokowi tidak perlu takut memecat pembatunya yang berkinerja buruk. Jokowi tentunya sangat ingin meninggalkan sesuatu yang terbaik sebagai lehacy nya setelah 10 tahun memimpin sebagai Presiden Indonesia yang ke 7. Jokowi sangat ingin dicatat oleh sejarah sebagai presiden yang berhasil memajukan Indonesia dengan Kabinet Indonesia Majunya,” pungkas Saiful Anam. (kalia)