KELOMPOK mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler 88 Unit XIII C.2 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyosialisasikan teknik pengelolaan sampah organik dan anorganik dengan menggunakan ember tumpuk dan ecobrick.
Pelatihan yang diikuti 32 orang di antaranya ibu-ibu PKK Padukuhan Pedes, Kalurahan Argomulyo, Kapanewon Sedayu, Kabupaten Bantul, yang dipandu oleh Hapsoro Agung Jatmiko ST, M.Sc dan Darma Putra Setiawan berlangsung di Pendopo Tirto Arum Sari Pedes pada 16 Februari 2022 lalu.
Program kegiatan pelatihan ini dilaksanakan oleh mahasiswa KKN UAD unit XIII C.2, yang diawali dengan menjelaskan terlebih dahulu dan disusul mempraktikkan kepada ibu-ibu PKK mengenai teknik pembuatan dan cara kerja ember tumpuk dan ecobrick serta melakukan interaksi tanya jawab secara langsung.
Ember tumpuk, dikatakan Hapsoro Agung Jatmiko, ST, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), merupakan alat pemroses pupuk yang dibuat dengan menyatukan 2 buah ember yang disusun bertingkat.
Dijelaskan Hapsoro Agung Jatmiko, ember tumpuk digunakan untuk mengolah sampah dengan bantuan larva Hi (Hermetia illucens) pada skala rumah tangga.
Hermetia illucens ini dikenal juga sebagai BSF (Black Soldier Fly) atau lalat tentara hitam.
“Larva Hi dapat membantu proses pengomposan aerob dan mempercepat proses penguraian sampah organik di reaktor tumpuk,” kata Hapsoro Agung Jatmiko, Minggu (6/3/2022).
Reaktor ember tumpuk juga memungkinkan aliran lindi terpisah dan material padat. “Sehingga menghasilkan pupuk cair,” tandas Hapsoro Agung Jatmiko.
Metode ember tumpuk menggunakan peralatan sederhana dan mudah diperoleh. Dan, teknologi ini sangat mudah diaplikasikan di rumah.
Selain itu, ember tumpuk mampu mengolah sampah organik menjadi pupuk organik yang ramah lingkungan.
Dengan ember tumpuk, setiap orang dapat membuat pupuk organik yang murah dan mendukung lahan pertanian yang mulai kehilangan kesuburannya.
Sedangkan ecobrick adalah sebuah inovasi visioner yang dikembangkan sebagai solusi pengolahan limbah plastik.
Diambil dari dua kata pembentuknya: eco dan brick, ecobrick secara sederhana didefinisikan sebagai bata ramah lingkungan.
Ecobrick sendiri diciptakan oleh Rusel Maier, seorang seniman dari Kanada di Filipina.
Sangat popular di dunia saat ini, ecobrick juga sering dikenal dengan nama-nama seperti Bottle Brick atau Ecoladrillo.
“Pada intinya adalah untuk pengelolaan sampah organik dan anorganik adalah bagaimana kita mampu menerapkan kebiasaan untuk memilah sampah rumah tangga,” tambah Darma Putra Setiawan.
Dikembangkan dari material plastik atau sampah plastik, ecobrick ini memiliki sifat dasar dari plastik tersebut yaitu kuat, anti air, dan awet.
Sangat sederhana bentuknya dan sama sekali tidak menggelontorkan biaya. Selain itu, inovasi pengelolaan limbah yang satu ini dapat dibuat secara mandiri dengan mudah
Dari kegiatan ini diharapkan agar masyarakat dapat mengaplikasikan teknik budidaya ini.
Sosialisasi ini berjalan dengan lancar dan ditutup dengan penyerahan ember tumpuk dan ecobrick yang sudah dibuat oleh mahasiswa KKN Unit XIII C.2 kepada ibu-ibu PKK Pedes, Argomulyo, Sedayu, Bantul. (Fan)