DITENGAH pandemi Covid-19, warga Dusun Kurahan Desa Karangrejo Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang tetap mengadakan ‘Sedekah Bumi Uluwetu’. Sedekah bumi ini sebagai bentuk rasa syukur warga atas kemakmuran yang diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Ratusan warga tua, muda dan anak-anak berkumpul di kebuh buah Karangrejo mengenakan pakaian adat Jawa, Senin (16/11/2020). Dua gunungan Uluwetu atau hasil bumi, diusung dan dikirab ke Punthuk Setumbu. Selain gunungan tumpeng, ada hasil bumi lainnya, seperti ketela, pisang dan aneka sayur.
Dibelakangnya, warga mengenakan kostum seni daerah, seperti Jatilan, Dayakan dan lain sebagainya. Bahkan beberapa anak dirias pocong hanya mengenakan celana dalam saja. Seluruh tubuh si anak dibalur warna putih dan hanya bagian mata yang dicat hitam.
Punthuk Setumbu berada tidak jauh dari kebun buah Karangrejo. Meski panas terik matahari, warga tetap bersemangat untuk naik ke Punthuk Setumbu yang memiliki ketinggian 380 mdpl.
Sebelum kirab, diadakan ritual mengusap wajah pada pasangan pengantin oleh sesepuh dusun setempat. Ritual itu merupakan simbol kerukunan suami istri Dusun Kurahan.
Tiba di puncak, mereka langsung mengadakan doa bersama, dilanjutkan dengan menggerebek gunungan serta kembul bujono atau makan bersama. Sajian lauk pauk lengkap menambah kenikmatan kembul bujono. Yang selalu tidak ketinggalan adalah ingkung ayam dan kluban atau aneka sayur diberi urap kelapa.
Kadus Kurahan, Nurzazid mengatakan, sedekah bumi ini rutin diadakan setiap dua tahun sekali. Tahun ini diadakan lebih sederhana karena masih dalam pandemi Covid-19.
“Karena itu kita adakan secara sederhana, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang meriah,” kata Nurzazid.
Sedekah bumi ini merupakan tradisi yang sudah dilaksanakan sejak dulu kala.
“Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rezeki yang diterima warga,” katanya.
Apalagi untuk saat ini, warga juga dimakmurkan dengan keberadaan Punthuk Setumbu yang menjadi destinasi wisata. Menurut Zazid yang juga ketua pengelola Punthuk Setumbu, warga banyak mendapat rezeki dari objek wisata itu.
Dulunya, Punthuk Setumbu hanyalah gundukan tanah yang digunakan untuk tempat menggembala hewan ternak seperti kambing, sapi dan kerbau. Dari sini warga bisa memandang hamparan luas yang indah. Juga melihat keindahan sunrise dimana matahari bisa muncul di tengah-tengah deretan gunung Merapi Merbabu. Setiap sepasaran sekali, warga naik ke atas dengan membawa bekal kupat dan sayur untuk dimakan bersama-sama.
Saat ini, Punthuk Setumbu menjadi destinasi wisata yang banyak dikunjungi. Setiap bulan rata-rata ada 7 ribu wisatawan yang datang.
“Hasilnya sudah bisa dimikmati oleh warga sekitar. Semua RT dan RW merasakan kemakmuran ini. Sebagian hasil dari Punthuk Setumbu digunakan untuk sosial warga. Seperti kegiatan ini juga dibiayai dari hasil Punthuk Setumbu,” ungkapnya.
Menurut Nurzazid, memang benar kata orang zaman dulu, bahwa di Punthuk setumbu ada harta karun.
“Ternyata harta karunnya sekarang muncul, menjadi daya tarik wisata,” ujar Nurzazid.
Sekretaris Kecamatan Borobudur, Suroto menyambut baik diadakannya sedekah bumi Punthuk Setumbu. Ia berharap, objek wisata Punthuk Setumbu yang dikelola dusun Kurahan Karangrejo, semakin moncer, gemregah dan meningkat.
“Namun jangan lupa karena masih dalam situasi pandemi Covid-19, untuk selalu memperhatikan protokol kesehatan,” pesannya.
Ia juga berharap, seluruh warga Kurahan selalu mendapat perlindungan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. (mag/zil)
Discussion about this post