KETUA Departemen Komunikasi dan Informatika DPP Partai Demokrat kubu Moeldoko, Saiful Huda Ems meminta Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta maaf kepada Ketua umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Presiden Jokowi.
Pasalnya, kata Saiful, SBY dan loyisnya telah melemparkan tuduhan jika pemerintah ada dibelakang Moeldoko yang ditunjuk sebagai Ketua umum partai Demokrat saat KLB berlangsung.
Selain Megawati dan Jokowi, kata Saiful, permintaan maaf itu juga perlu ditujukan Ketua umum pertama Partai Demokrat Subur Budhisantoso dan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly.
“Maka sudah sepantasnya SBY mendatangi satu persatu orang-orang yang pernah dibohongi dan dituduh-tuduhnya tanpa bukti. Dan itu bisa dimulai SBY dengan mendatangi dan mencium tangan Ibu Megawati Soekarnoputri, Prof. Subur Budi Santoso, Pak Joko Widodo dan Pak Yasonna Laoly,” kata dalam pesan elektronik yang diterima Inilah Jogja, Jumat 2 April 2021 malam.
Saiful mengingatkan, pada masa lalu SBY yang masih menjabat Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, membohongi Megawati, saat menjadi Presiden.
Kala itu, lanjutnya, SBY di hadapan Megawati, membantah sama sekali tidak terlibat dalam pendirian Partai Demokrat.
“Namun ternyata dalam AD/ART Partai Demokrat Tahun 2020, SBY malah mencantumkan nama dirinya sendiri bersama Ventje Rumangkang sebagai pendiri Partai Demokrat. Pernyataan SBY yang seperti itu, bukan hanya membohongi Presiden Megawati Soekarnoputri, melainkan pula telah membohongi rakyat dan seluruh kader Partai Demokrat pada khususnya,” ucapnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, berdasarkan akta notaris pada awal pembentukan partai, sudah sangat jelas bahwa pendiri Partai Demokrat itu bukanlah hanya dua orang, melainkan 99 orang. Dan daftar pendiri tersebut, dilampirkan saat itu lewat dokumen verifikasi Partai Politik oleh KPU.
“Kalau hanya dua orang itu bukan hanya kebohongan, namun juga sebuah pelanggaran Undang-undang Partai Politik yang awalnya mengharuskan minimal 50 orang warga negara Indonesia, kemudian diubah menjadi 30 orang di masing-masing provinsi,” kata Saiful.
Saiful mengatakan, dokumen dan fakta itu terang benderang. Dari 99 nama pendiri, tidak ada tercantum nama SBY.
Diungkapkan Saiful, ini artinya SBY ingin mengukuhkan dirinya sendiri sebagai satu-satunya pendiri Partai Demokrat yang sebenarnya bohong atau diluar fakta sejarah.
“Kitapun dapat bertanya, mengapa nama Prof. Subur Budi Santoso yang masih hidup tidak dimasukkan namanya sebagai pendiri Partai Demokrat. Padahal Prof. Subur lah nomor urut pertama pendiri dan deklarator Partai Demokrat sesuai dengan akta Notaris sejarah berdirinya Partai Demokrat. Prof. Subur pulalah yang menjadi Ketua umum pertama Partai Demokrat yang mengantarkan SBY mendatangi KPU dan menandatangani pengajuan SBY sebagai Calon Presiden,” ungkap Saiful.
Olehnya, masih menurutnya, menghilangkan nama dan jasa Prof. Subur berarti SBY berkhianat pada perjuangan orang-orang yang berjasa padanya, dan berjasa pada Partai Demokrat yang telah didirikan dan dideklarasikannya.
“Atas dasar semua itu, kami berpikir dan menyerukan agar SBY dan anak-anaknya segera mendatangi Presiden Jokowi, mendatangi Ibu Megawati, Prof. Subur, Pak Yasonna dan lain-lain untuk meminta maaf dan mencium tangannya,” pungkas Saiful. (bit/lia)