SATUPENA DIY yang saat ini sudah melakukan kegiatan siaran di Radio Vedac Yogyakarta setiap dua minggu sekali dan membuat buku antologi puisi serta antologi esai, akan dikukuhkan.
Awal terbentuknya Satupena bermula dari berlangsungnya acara Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) di Magelang, Jawa Tengah, 8 Oktober 2016, yang muncul gagasan untuk menyatukan para penulis dari berbagai genre penulisan ke dalam satu wadah.
Satupena dilahirkan dari kongres pertama para penulis di Solo, Jawa Tengah, pada 26-29 April 2017. Dalam kongres itu Nasir Tamara terpilih sebagai Ketua Satupena periode 2017-2021. Dalam rapat umum anggota pada 15 Agustus 2021, kepemimpinan Satupena beralih dari Nasir Tamara kepada Denny JA.
Tujuan Satupena di antaranya adalah meningkatkan kesejahteraan penulis, meningkatkan kapasitas, penguatan profesi, melindungi hak atas karya, dan kebebasan untuk menulis.
Ada tujuh program yang akan digalakkan oleh Satupena Pusat: pemberian penghargaan bagi penulis terbaik, menjadi perpustakaan dunia bagi anggota secara gratis, menerbitkan karya anggota, mengadakan rubrik “Semua tentang Penulis” di akun YouTube Satupena TV.
Menggelar diskusi dalam bentuk webinar, mengusahakan kerja sama dengan industri modern untuk menyalurkan karya penulis dan menciptakan lingkungan kebijakan yang ramah penulis.
Satupena di setiap provinsi mengadakan kegiatan yang sejalan dengan tujuh program tersebut. Dan untuk pelaksanaannya disesuaikan kreativitas dan kondisi di provinsi yang bersangkutan.
Persatuan Penulis Indonesia atau Satupena mengajak para penulis untuk mengembangkan budaya literasi bersama. Para penulis profesional atau yang sedang belajar — baik yang sudah tergabung dalam komunitas penulis atau belum — diajak bersama-sama berkarya.
“Tidak perlu bersaing dengan banyaknya komunitas penulis atau literasi,” kata Dhenok Kristianti, Ketua Satupena DIY, Jum’at (13/5/2022).
Dikatakan Dhenok, Satupena Daerah Istimewa Yogyakarta mengajak para penulis untuk bersama-sama memajukan literasi di DIY dengan karya tulis.
Sejalan dengan program Satupena, di DIY akan diluncurkan buku perdana karya anggota komunitas Satupena berupa buku antologi puisi dan antologi esai.
Untuk antologi puisi bertema bebas, sedangkan antologi esai bertema kearifan budaya lokal, yang digarap oleh tim yang diketuai Sutirman Eka Ardhana (Wakil Ketua 2 Satupena DIY).
Satupena DIY yang saat ini memiliki anggota 110 orang — para penulis sastra, penyair, novelis, budayawan, tokoh masyarakat dan praktisi dari berbagai profesi — akan menjadi penerus tradisi budaya literasi di Yogyakarta dengan motto “Tanpa Budaya Literasi, Jogja Tidak Istimewa”.
Untuk menandai kehadiran Satupena DIY akan dikukuhkan kepengurusan Satupena DIY sekaligus diskusi dan peluncuran buku bertajuk “Kabar dari Yogyakarta” pada Minggu malam (15/5/2022) bertempat di Pendapa Asdrafi Sompilan, Kadipaten, Kraton, Yogyakarta.
Satupena DIY yang dijiwai semangat memajukan literasi yang berakar dari kekayaan budaya akan selalu mengapresiasi karya fiksi maupun nonfiksi dalam siaran radio bekerjasama dengan Radio VEDAC 99FM.
“Selain itu menerbitkan karya bersama para anggota Satupena DIY, baik fiksi maupun nonfiksi,” ungkap Dhenok, yang menambahkan tak kalah pentingnya menjalin kerja sama dengan penerbit dan media massa di DIY.
Pengurus Satupena DIY ini terdiri dari Mustofa W Hasyim dan Dr Drs Nur Iswantara, M.Hum (Penasihat), Dhenok Kristianti (Ketua), Achmad Charris Zubair MHum dan Sutirman Eka Ardhana (Wakil Ketua), Ana Ratri Wahyuni dan Tri Wahyuni (Sekretaris), Rahmawati Ari Wulandari (Bendahara). Kepengurusan dilengkapi dengan divisi-divisi: Program dan Kerjasama, Usaha, Organisasi dan Keanggotaan.
Pengurus Satupena DIY juga menjalin kerja sama dengan instansi pemerintah seperti Balai Bahasa, Dinas Kebudayaan, dan insitusi lain.
Juga menyelenggarakan pelatihan menulis untuk guru, mahasiswa, siswa dan umum, mengadakan webinar secara berkala dengan topik-topik kepenulisan. (Fan)
Discussion about this post