POTENSI Daerah Istimewa Yogyakarta dalam dunia literasi memang besar. Mengingat Yogyakarta sebagai kota pelajar, kota budaya, kota yang memiliki banyak perguruan tinggi serta kota yang semarak dengan kantong-kantong kesenian dan kesastraan.
Di tengah-tengah kabar rendahnya tingkat literasi Indonesia, yaitu berada di urutan ke-62 dari 70 negara, pada tahun 2021 lalu Kementerian Komunikasi dan Informatika merilis data Indeks Literasi Digital di Indonesia.
Secara nasional DIY meraih skor tertinggi dibandingkan 34 provinsi lain di Indonesia, yaitu 3,71. “Sebagai warga DIY tentu kita berbesar hati dengan pencapaian tersebut,” ungkap Dhenok Kristianti, Ketua Satupena Provinsi Jawa dan Madura, Minggu malam (15/5/2022).
Usai pengukuhan dan deklarasi Pengurus Satupena DIY Periode 2022-2027 di Pendopo Asdrafi, nDalem Pakuningratan, Sompilan, Kadipaten, Kraton, Yogyakarta, Dhenok berharap paling tidak hal itu memacu semangat masyarakat untuk terus meningkatkan budaya literasi di Indonesia. “Dari DIY kita mulai!” tandasnya.
Dalam acara yang berlangsung serius tapi santai itu dibahas buku kumpulan puisi “Kabar dari Yogyakarta” karya para penyair yang tergabung dalam Satupena DIY oleh Achmad Charris Zubair, M.Hum dengan moderator KRT Agus Istijanto.
Buku “Kabar dari Yogyakarta” yang gambar sampulnya digarap Ahmad Masih merupakan terbitan perdana Satupena DIY, yang nantinya akan disusul dengan buku berikutnya berupa kumpulan esai.
Slogan Satupena DIY adalah “Tanpa budaya literasi, Jogja tidak istimewa!”. “Semoga slogan ini tidak tinggal sebagai slogan dan keindahan sebuah slogan terletak pada kemampuan mewujudkannya,” papar Dhenok.
Untuk itu, salah satu upaya agar Yogyakarta tetap istimewa adalah dengan mengembangkan budaya literasi.
Itu sebabnya Satupena DIY telah merancangkan serangkaian program, di antaranya menerbitkan karya bersama para anggota Satupena DIY.
Selain itu mengadakan webinar secara berkala dengan topik-topik kepenulisan, menyelenggarakan pelatihan menulis untuk guru, mahasiswa, siswa dan umum.
Tak kalah menariknya adalah mengapresiasi karya fiksi maupun nonfiksi dalam siaran radio. “Program siaran ini sudah berjalan lama bekerjasama dengan radio Vedac 99FM setiap hari Kamis pukul 12.00-13.00 WIB,” kata Dhenok.
Ketua Umum Satupena Indonesia, Denny JA, dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Hazwan Iskandar Jaya menegaskan bahwa tradisi tulis-menulis di Yogyakarta sudah berjejak sejak abad ke-12.
“Bersama, sekecil apapun, kita memperkaya Daerah Istimewa Yogyakarta dengan keindahan literasi,” ungkap Denny JA.
Pada kesempatan itu pembacaan puisi oleh A Syam Chandra Mentik, Choen Supriyatmi, Nunung Rieta, Ahmad Masih dan sebagainya.
Adapun Tara dkk tampil apik membawakan puisi dalam gerak. Sementara itu grup keroncong King Harjo memeriahkan acara dengan nuansa Jawa nan lembut. (Fan)