RUMAH Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Gamping berkomitmen dan peduli pada kaum difabel. Salah satu program unggulan Lazismu Kantor Layanan (KL) PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Gamping adalah pemenuhan kebutuhan kaum disabilitas.
Menutup tahun 2021 ini salurkan kado untuk sahabat difabel di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Selasa (21/12/2021), berupa bantuan hearing aid bagi difabel rungu baik pribadi atau lembaga yang membutuhkan, dihadiri pimpinan PWM DIY beserta majelis terkait, PDM dan PDA se-DIY.
Bantuan itu dalam rangkaian peringati Hari Disabilitas Internasional. Dan Lazismu KL PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Gamping bagikan ratusan alat bantu dengar.
Ketua Lazismu KL PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Gamping, Alfis Khoirul Khisoli, menjelaskan, kegiatan yang berlanjut sampai akhir tahun ini diinisiasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Gamping sejak 2 tahun lalu. “Diawali pembagian kursi roda,” terangnya.
Dan kesyukuran kali ini, Lazismu KL PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Gamping berikan kado serupa. Berbeda dengan tahun lalu, kali ini berikan kepada kaum tuna rungu berupa alat bantu dengar.
“Komitmen dalam membersamai difabel akan terus berlanjut, tidak akan terhenti sampai di sini,” kata Alfis Khoirul Khisoli.
Terdapat 105 orang yang mengajukan sejak anak-anak hingga orang tua. Dan hal itu diberi semua, 55 orang dari DIY dan 50 orang luar DIY. Selain itu, layanan pemeriksaan di Poli THT akan diberikan cuma-cuma dan tidak dipungut biaya.
Ke depan, akan merambah SLB dan panti asuhan di daerah Jawa Tengah untuk bergerak terus membersamai sahabat difabel.
Badan Pembina Harian (BPH) RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Gamping, H Budi Setiawan, ST, menjelaskan, salah satu program yang dicanangkan Lazismu PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Gamping ini adalah pentasarufan untuk kaum difabel.
“Mereka punya hak sama meski punya kemampuan lain,” kata Budi Setiawan, yang berharap setelah menerima bantuan bisa berbuat lebih banyak dan bermanfaat bagi yang menerima.
Diingatkan Budi Setiawan, RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Gamping harus menjadi rumah sakit yang ramah difabel.
“Saya mengapresiasi apa yang telah dilakukan Lazismu RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Gamping,” kata Budi Setiawan.
Kata Budi, salah satu komitmen Lazismu PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Gamping adalah menjadikan PKU sebagai rumah sakit ramah disabilitas.
Selama ini, dana yang dikelola Lazismu PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Gamping diperoleh dari zakat dan infak para dokter, tenaga medis, karyawan dan donatur lain di luar rumah sakit.
Kegiatan yang dilakukan Lazismu PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Gamping didasari oleh semangat berdirinya RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang peduli terhadap kesusahan masyarakat, kaum buruh, dhuafa, PKL dan tukang parkir di sekitar rumah sakit.
Ke depan, Lazismu KL PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Gamping akan tetap berkhidmat melayani umat dengan membuat program-program unggulan yang bermanfaat bagi masyarakat.
“Ini agenda yang berbeda dari tasarufan biasa. Sebab, tasaruf biasanya menyalurkan sembako atau bantuan bagi pasien tidak mampu,” kata Cahyono, S.Ag, Direktur SDI dan AIK RS PKU Muhammadiyah Gamping, yang juga Ketua Lazismu PWM DIY.
Cahyono memberikan apresiasi tinggi kepada muzaki-muzaki yang berperan dalam agenda yang bertujuan meringankan beban sahabat disabilitas.
“Sekaligus menjadi perwujudan komitmen menjadikan RS PKU Muhammadiyah ramah disabilitas dan kami siap melayani dengan amanah dan setulus hati,” papar Cahyono.
Pada kesempatan itu, sharing dan motivasi disampaikan Risma Wira Barata, ST, MSc, yang akrab dipanggil Mimo.
“Jangan pernah menyerah, maka engkau akan selalu punya kesempatan untuk menjadi lebih baik lagi,” tutur Risma Wira Barata, yang merupakan penyandang disabilitas dari lahir.
Tapi, siapa sangka, keterbatasan laki-laki berusia 33 tahun ini, bukanlah penghalang dalam menularkan semangat hidupnya.
Ia mengisahkan pengalamannya sewaktu kecil yang harus diterapi. Masa kecilnya juga diwarnai cemoohan dari teman-temannya karena keterbatasannya.
Namun, justru hal itu ia jadikan batu loncatan untuk terus mengasah semangat dan menjadikan diri lebih baik lagi. “Selalu mensyukuri anugerah Allah yang telah diberikan kepada kita,” paparnya.
Menurutnya, Allah SWT akan mengubah nasib suatu kaum kalau kaum itu mau mengubah nasibnya. “Dan difabel bukan suatu aib, tapi anugerah,” ungkapnya.
Menjadi orang difabel sangat berat. Tapi hal itu suatu anugerah baginya yang aktif di Ponpes Al Hikmah Karangmojo Gunung Kidul dan jadi menantu Harun Al Rasyid. (Fan)