DI Kabupaten Kulonprogo kini sudah ada Muhammadiyah Business Center (MBC), yang berada satu komplek dengan Kampus 6 UAD, di Jl Wates-Purworejo km 4 Triharjo, Wates, Kulonprogo.
Pembangunannya yang secara swakelola kerjasama antara UAD Yogyakarta dengan PDM Kulonprogo diresmikan secara virtual oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir, MSi, Kamis (25/2/2021).
Bangunan MBC seluas 1.215 meter persegi dengan 3 lantai ini dibangun dengan sistem kerjasama kontrak Built Opperate Transfer (BOT).
Lantai 1 untuk retail atau toko dengan 5 ruang, lantai 2 untuk perkantoran dan perkuliahan yang didukung 1 ruang perpustakaan, 3 ruang UKM (unit kegiatan mahasiswa), 1 ruang rapat dan transit dosen, 1 ruang laboratorium komputer berkapasitas 20 orang, 1 ruang kuliah berkapasitas 56 orang, 1 ruang dosen, 1 ruang kantor tatausaha dan selasar untuk hall dan lobby serta fasilitas toilet.
Sedang lantai 3 untuk perkuliahan yang didukung 6 ruang kelas berkapasitas 30-56 orang serta toilet.
Gedung MBC Kulonprogo ini diselesaikan dalam waktu 14 bulan – dari target pengerjaan 6 bulan – dikarenakan pandemi Covid-19. Pengerjaan pun dihentikan sementara pada Maret 2020 dan dimulai lagi November 2020. Dan, gedung ini dapat difungsikan pada 15 November 2020.
Bisnis center yang pengelolaannya adalah Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kulonprogo dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY ini, diharapkan bisa meningkatkan perekonomian di Kulonprogo.
Ketua Umum PP Muhammadiyah berharap kepada Ketua PDM Kulonprogo, Dr HM Jumarin, MPd, untuk meningkatkan kualitas SDM dan meningkatkan ekonomi masyarakat, yang jika dilihat masih berada pada menengah ke bawah.
Dalam usaha mengentaskan masalah sumber daya dan peningkataan taraf hidup masyarakat, Muhammadiyah pada setiap level kepemimpinan diharapkan bisa saling bersinergi dengan pemerintah. “Sehingga persoalan mendesak segera terselesaikan,” papar Haedar Nashir.
Diungkapkan Haedar, sebuah bangsa dan masyarakat, termasuk di daerah, tidak akan pernah naik kelas menjadi masyarakat maju sebagaimana cita-cita pendiri bangsa, jika kualitas sumber daya manusianya masih di bawah rata-rata dibanding dengan kualitas sumber daya manusia di negara yang telah maju. (Fan)