Kondisi pandemi Covid-19 ini memang bukan jadi alasan para pekerja seni untuk tidak terus menggali kreativitasya.
Sebuah prestasi kelas internasional yang membanggakan berhasil diraih PSM Ahda Gitana UAD Yogyakarta. Kali ini berhasil mendulang prestasi dalam ajang World Virtual Choir Festival 2020 di bawah pelatih dan konduktor Indra K Wardani dengan meraih 2 medali emas untuk kategori Folklore dan Mixed.
Dengan diadakannya World Virtual Choir Festival 2020 pada 1-6 Desember 2020, para peserta dituntut untuk memberikan penampilan terbaiknya. “Meski paduan suara dilakukan secara virtual,” terang Ana Hidayati selalu pendamping dan pembina Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Ahda Gitana, yang menambahkan kegiatan itu adalah kompetisi virtual choir tingkat internasional.
Juri yang terdiri dari Hak Won Yoon (Korea Selatan), Mark A Carpio (Filipina), Avip Priatna (Indonesia), Agastya Rama Listya (Indonesia) dan Andre Angelia (Italia), sangat terpukau ketika saksikan PSM Ahda Gitana UAD Yogyakarta membawakan lagu daerah Filipina untuk kategori Folklore Rosas Pandan (Arransemen George G Hernandez) dan Izar Ederrak (Komposisi Josu Elberdin) untuk kategori Mixed.
Kompetisi kali kedua yang diselenggarakan Bandung Choral Society merupakan kompetisi virtual, di mana seluruh persiapan pun dilakukan secara virtual.
Untuk menghadapi kompetisi virtual tersebut PSM Ahda Gitana UAD Yogyakarta juga berlatih secara virtual melalui aplikasi video virtual Zoom.
“Mereka merekam audio dan video dari rumah masing-masing dan ini merupakan hal baru bagi kami,” ungkap Mira Haivani selaku Ketua PSM Ahda Gitana UAD, yang menerangkan kegiatan tersebut diikuti 60 paduan suara dari China, India, Srilanka, Malaysia, Filipina, Polandia, Korea Selatan dan Italia.
Saat PSM Ahda Gitana UAD Yogyakarta melihat persyaratan dan hal-hal teknis pelaksanaan kompetisi inipun tercantum beberapa hal yang menjadi standar syarat peserta lolos kualifikasi.
Salah satu hal teknis yang harus dipenuhi oleh peserta adalah rekaman video harus dalam posisi landscape, jarak antara kamera dan penyanyi adalah 30-50 cm. Selain itu, rekaman video juga dianjurkan dilakukan di ruangan yang tenang atau biasa disebut dengan dry acoustics.
Hasil rekaman pun merupakan hasil rekaman dari dua bentuk gawai, yaitu satu gawai untuk merekam penampilan dan ekspresi penyanyi dan satu gawai lainnya khusus untuk merekam suara.
Tentu saja, kedua hasil rekaman adalah hasil rekaman bersih. Tidak terdapat “bocor” baik itu secara visual maupun noise pada rekaman suara.
Hasil rekaman yang sudah jadi dan diunduh itu, kemudian para juri menilai dari tautan video yang dikirimkan.
Saat PSM Ahda Gitana UAD Yogyakarta melihat hasil rekaman seluruh peserta, kenyataannya para peserta rupanya mampu menggali kreativitas mereka. “Sehingga menghasilkan hasil rekaman paduan suara yang tetap indah didengar dan dapat dinikmati secara visual,” terang Ana Hidayati, Senin (7/12/2020).
Latihan dan perekaman secara daring menjadi tantangan tersendiri bagi PSM Ahda Gitana UAD Yogyakarta. Sebab, menyelaraskan mood bernyanyi, balancing dan hal-hal teknis terkait artistik tampilan choir melalui daring bukanlah perkara yang mudah.
Meski demikian, tantangan itu berhasil dilalui oleh PSM Ahda Gitana UAD sehingga tercipta sajian paduan suara yang indah dan menarik.
“Cuma kalau melihat gambar di zoom meeting saat latihan, rasanya masih kangen ingin lomba-lomba lagi secara offline bersama-sama dan berpetualang bareng ke tempat-tempat baru,” ujar Danang Sukantar, Kepala Bidang Pembinaan Organisasi Kemahasiswaan dan Prestasi Mahasiswa Bimawa UAD.
Pada kesempatan itu, Danang Sukantar berharap melalui pandemi Covid-19 ini semua orang dapat mengambil berkah kebaikan yang tersembunyi dari segala yang terjadi serta menjadi individu yang kuat, adaptif, penuh empati dan terus kreatif. (Affan)
Discussion about this post