Prof Subur: Sekarang, Unggah-ungguh dalam Berkomunikasi Kerap Diabaikan

Prof Subur Budisantoso. @ foto InilahJogja

KETUA umum partai Demokrat pertama kali prof Subur Budisantoso mengatakan, saat ini sulit untuk membedakan antara orang jalanan dengan politisien dalam menanggapi kehidupan sosial, politik dan ekonomi.

Menurutnya, seolah olah tiada tatanan sosial dalam berkomunikasi secara verbal maupun tertulis. Omongan orang sekolahan sudah tidak ada bedanya dgn mereka yang tidak makan sekolah.

“Kadang-kadang kadang orang baru bangun tidur atau mengigau tanpa nalar direkam dan disebarkan lewat medsos,” kata Subur Budisantoso dalam tulisan yang dikirimkan ke Redaksi InilahJogja.com, Minggu 14 November 2021.

Lebih lanjut dikatakannya, unggah-ungguh, etika dan sopan santun berkomunikasi kerap diabaikan. Orang tidak tahu senioritas usia, status sosial ataupun pemerintahan. Seolah olah orang mabuk hilang kendali dengan alasan demokrasi dan egalitas. Sementara itu persaudaraan dilupakan atau dibonsai di lingkungan tertentu saja.

“Sementara untuk memberi kesan terpelajar, orang mengutip kata-kata kata bijak dengan penalaran semau dan semampunya sesuai dengan seleranya saja,” ungkapnya.

Kata Subur, tidak ketinggalan mereka yang suka dengan how to manipulate with figures, dengan enaknya menggunakan angka-angka statistik untuk meyakinkan pembaca ataupun pendengar.

“Celakanya kutipan angka-angka itu tidak jelas asal usul, waktu dan tujuan data collecting,” ungkapnya.

Subur menuturkan, pendengar dan pembaca yang punya minat khusus dipaksa berfikir keras, kecuali mereka yang masa bodoh.

“Terkadang mereka lupa dirinya sebagai politisien dan public figure yang harusnya mampu mengendalikan diri tidak kelewat nyinyir. Kalau kebanyakan ngomong lama-lama bisa tidak ada yang mendengar,” pungkasnya. (daf/lia)

Exit mobile version