POLITEKNIK STIA LAN Jakarta mengaku sependapat dengan program “Kampus Merdeka” yang telah diluncurkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim pekan lalu.
“Bagi kami, Politeknik STIA LAN Jakarta justru sejalan dengan program Pak Menteri ada pemagangan beberapa semester dan mendidik mahasiswa untuk siap kerja,” kata Direktur Politeknik STIA LAN prof Nurliah Nurdin di Jakarta Selasa 28 Januari 2020.
Diketahui, Nadiem Makarim Jumat pekan lalu meluncurkan program yang dinamakan “Kampus Merdeka”. Salah satu program tersebut adalah Kemendikbud memberikan hak magang tiga semester di luar program studi.
Menurut Nurliah, program yang baru diluncurkan Nadiem tentu menuai pro dan kontra ditengah masyarakat. Namun, hal itu adalah hal yang biasa.
“Program ini tentu akan mendapatkan tantangan dari Perguruan Tinggi karena desain mereka bukan untuk menciptakan tenaga kerja tapi pemikir bangsa dengan difrensiasi pengembangan keilmuan. Problemnya adalah berapa persen dari alumninya yang benar-benar mengembangkan keilmuan program studinya?. Bukankah lebih banyak para alumni yang bekerja di luar bidang ilmunya,” ujar Nurliah.
Menurutnya, program yang diluncurkan Mendikbud tersebut sangat positif untuk Politeknik seperti STIA LAN. Tapi untuk Perguruan Tinggi perlu pendalaman kajian dan teknis agar sesuai harapan menciptakan human resourches yang handal.
Sebagai seorang CEO yang sekarang menjadi Menteri Pendidikan, lanjut Nurliah, tentu Nadiem Makarim diharapkan mampu melakukan terobosan terkait kualitas Perguruan Tinggi dan outputnya.
“Fakta bahwa masih banyak lulusan Perguruan Tinggi yang menganggur dan banyak yang bekerja tidak sesuai bidang studi yang ditekuni selama 4 tahun belajar di tingkat Sarjana. Kenyataaannya tidak semua alumni sarjana tersebit mempunyai kemampuan finansial untuk lanjut ke jenjang magister,” ucapnya.
Pilihan mereka ada mencari pekerjaan, relevan atau tidak dengan program studi yang telah ditempuhnya. Pada satu sisi, laut bebas yang digambarkan pak Nadiem adalalh fakta bahwa alumni Perguruan Tinggi harus bersaing bebas untuk mendapatkan kesempatan kerja, sehingga pembekalan dengan exchange program, atau pemagangan menjadi solusi.
“Terlebih lagi, tenaga kerja kita saat ini dihadapkan pada persaingan pasar kerja. Dimana orang asing pun memiliki peluang untuk mengisi lapangan kerja di Indonesia. Selama sistem pasar bebas diberlakukan, maka para lulusan Perguruan Tinggi harus dipersiapkan dengan ilmu tambahan agar “tidak tenggelam” dalam samudera berlaut dalam,” pungkas Nurliah Nurdin. (kaila)