GURU besar dalam bidang Teknologi Pelayanan Kesehatan di Universitas Teknologi Malaysia dan Universitas Teknologi Ilmenau, Jerman, Prof. Dr. Eko Supriyanto, menyatakan siap pulang ke Indonesia untuk mengabdikan ilmunya di tanah air.
Prof Eko menyebut, keinginan Presiden Jokowi agar Indonesia memiliki Smart Hospital sangat tepat dan memiliki dasar yang kuat.
Sebelumnya, pada Rabu (17/10/2018) lalu Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar rumah sakit bisa membangun sistem yang terintegrasi dan menjadi smart hospital. Integrasi layanan tersebut didukung dengan sumber daya manusia, infrastruktur, dan teknologi yang memadai. Semuanya akan gampang terintegrasi nantinya.
“Contoh smart hospital di dunia banyak sekali muncul di Kalifornia, berkolaborasi dengan Silicon Valley,” kata Presiden di Jakarta 4 tahun lalu itu.
Menurut Presiden, saat ini dengan perkembangan teknologi dan penggunaan big data dapat mengidentifikasi penyakit pada manusia. Perkembangan tersebut pun dapat menunjang spektrum lengkap dari diagnostik serta teknoterapeutik.
Pada satu pertemuan dengan warga negara Indonesia di Malaysia, berapa tahun lalu, Presiden Jokowi juga menjelaskan dunia tengah memasuki revolusi industri 4.0 yang membawa perubahan begitu cepat. Karenanya ia meminta agar para Diaspora di luar negeri untuk pulang membangun Indonesia termasuk pembangunan dan pengembangan Smart Hospital di tanah air.
Kembali ke Prof. Dr. Eko Supriyanto. Ia menyebut, Smart Hospital dengan layanan unggulan bertaraf internasional adalah solusi bagi warga negara Indonesia yang selama ini sering berobat ke luar negeri.
“Setiap tahun, puluhan triliun bahkan pernah mencapai Rp 110 triliun, devisa Indonesia mengalir ke luar negeri untuk tujuan pariwisata kesehatan. Pendapatan Thailand dari pariwisata kesehatan pernah mencapai 64 triliun rupiah pertahun. Sementara Singapura mencapai Rp 55 triliun per tahun, sebelum pandemi covid-19,” ujarnya Senin 3 Oktober 2022.
Menurutnya, karena itu, sudah saatnya Indonesia mengembangkan pariwisata kesehatan (medical tourism) melalui Smart Hospital.
Pria kelahiran Demak, Jawa Tengah itu menambahkan, selain dapat mendatangkan devisa yang besar, Smart Hospital juga dapat dijadikan sarana pendidikan, penelitian dan inovasi kesehatan.
“Untuk itu, kerjasama yang erat dengan perguruan tinggi kesehatan, asosiasi kesehatan, asosiasi dokter spesialis, dan start up kesehatan dalam negeri perlu pula dilakukan. Ini adalah untuk menjamin keberlanjutan dan ketahanan sistem kesehatan dalam era industri 4.0 dan masyarakat 5.0 di Indonesia,” jelasnya.
Berikut profil singkat Prof. Dr. Eko Supriyanto:
Lahir di Demak, Jawa Tengah Indonesia.
Ia merupakan lulus S1 Teknik Elektro dan S2 Teknik Biomedika terbaik (Cum Laude) dari Institut Teknologi Bandung, serta S3 Universitas Angkatan Bersenjata Jerman di Hamburg.
Eko menyabet gelar profesor dari Universitas Teknologi Malaysia (UTM) pada umur 30’an.
Sejak tahun 2013 hingga 2017 ia menjabat sebagai Direktur Pusat Penelitian Jantung Nasional (IJN-UTM), Malaysia.
Sebelumnya ia merupakan Ketua Departemen Ilmu Kedokteran UTM dan pendiri Fakultas Teknik Biomedika yang pertama di Malaysia, bahkan dunia.
Ia juga peneliti utama dalam perencanaan dan pengelolaan Smart Hospital Internasional, dan memiliki hak cipta buku dan perangkat lunak tentang Smart Hospital.
Saat ini Eko telah mendapatkan 40 penghargaan internasional diantaranya adalah Best of The Best Malaysia Innovator Award, The Most Creative Invention Award dari National Research Council Thailand, and Special Award dari Korea Selatan.
Selain aktif dalam penelitian teknologi kedokteran, beliau juga aktif dalam berbagai organisasi dan kegiatan professional. (daf/gah)
Discussion about this post