PENDIRI Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi meminta Presiden Prabowo Subianto untuk menegur Partai Demokrat demi menjaga soliditas koalisi pemerintahan.
Permintaan tersebut disampaikan R Haidar Alwi merespon serangan mantan juru bicara SBY, Dino Patti Djalal terhadap Jokowi.
“Prabowo sebaiknya menegur Partai Demokrat. Jangan sampai menjadi duri dalam daging bagi koalisi pemerintahan,” kata R Haidar Alwi, Minggu (22/12/2024).
Menurut R Haidar Alwi, meskipun secara administratif Dino Patti Djalal tidak tercatat sebagai kader Partai Demokrat, secara historis dan ideologis yang bersangkutan merupakan anak asuh SBY.
“Karenanya segala tindak-tanduk Dino Patti Djalal dalam politik sulit dilepaskan dari sosok SBY dan Partai Demokrat. Sehingga tidak heran bila kemudian muncul persepsi bahwa serangan terhadap Jokowi adalah titipan SBY. Kecuali kalau hubungan Dino Patti Djalal dengan SBY sudah tidak baik lagi,” jelas R Haidar Alwi.
Terlebih, setelah kalimat demi kalimatnya yang “menjatuhkan” Jokowi, di ujung pernyataannya Dino Patti Djalal secara tersirat “melambungkan” SBY. Bahwa walaupun satu koalisi, etos politik SBY sangat berbeda dari Jokowi.
“Dalam konteks perbandingan itu, Dino Patti Djalal ingin menegaskan SBY tidak seperti Jokowi yang dianggap ingin merebut partai lain (Partai Demokrat) sekaligus menyakiti partai yang telah membesarkan namanya (PDIP),” ungkap R Haidar Alwi.
Berbicara mengenai merebut dan menyakiti, R Haidar Alwi ingin Partai Demokrat mengingat kembali bagaimana SBY diangkat menjadi Menko Polkam oleh Megawati dengan mengabaikan penolakan dari elite PDI Perjuangan. Tapi akhirnya SBY lah yang menyakiti dan merebut tampuk kekuasaan dari Megawati. Hingga hubungan keduanya renggang sampai dengan saat ini.
“Namun Jokowi tidak pernah menggunakan kantornya untuk membentuk partai yang akan digunakan untuk menggulingkan orang yang telah merangkulnya. Dan jangan lupa juga Jokowi lah yang mengankat AHY jadi Menteri ATR,” pungkas Haidar Alwi. (fis/kal)