DIREKTUR Rumah Politik Indonesia Fernando EMaS mengatakan, presiden Jokowi seolah enggan melepaskan kekuasaannya yang akan berakhir bulan Oktober 2024.
Kata dia, daripada memasangkan Gibran Rakabuming dengan Prabowo Subianto pada pilpres 2024, lebih baik bagi Joko Widodo membuat alternatif lain.
“Misalnya meminta Airlangga Hartanto dan Zulkifli Hasan agar Partai Golkar berkoalisi dengan Partai Amanat Nasional. Karena kedua partai tersebut memiliki total 129 kursi di DPR RI atau setara dengan 22,43 %. Sudah melampaui ambang batas pencalonan presiden,” kata Nando sapaan akrabnya kepada Inilahjogja, Jumat malam.
Menurutnya, partai Golkar dan PAN bisa memasangkan Gibran sebagai capres dengan Erick Thohir sebagai cawapres. Kalau Gibran dipasangkan dengan Prabowo, masih sangat mungkin akan diingkari oleh Prabowo apa yang pernah dijanjikan pada Jokowi. Siapa tahu Prabowo sudah menguasai ilmu yang dimiliki oleh Jokowi untuk mempertahankan kekuasaannya dan juga menaklukkan lawan dan kawan politiknya.
“Apalagi informasi yang berkembang di publik, Prabowo dianggap memiliki jiwa yang labil dan dianggap tempramental sehingga mudah emosional,” urainya.
Dijelaskan Nando, selanjutnya opini yang berkembang di masyarakat, sangat mungkin Prabowo akan kembali memimpin Indonesia dengan gaya kepemimpinan Orde Baru karena tidak bisa dipungkiri bahwa Prabowo Subianto adalah produk dan dibesarkan pada masa mantan mertuanya, Soeharto berkuasa.
Ada pepatah lawas, mengatakan, “Percaya kepada anak, seperti buta sebelah mata. Sedangkan percaya pada orang lain, seperti buta kedua mata”. Artinya, sebaik baik-baiknya seorang teman yang paling dipercaya, pasti jauh lebih baik mempercayai anak sendiri.
“Untuk melanjutkan kepemimpinannya, lebih baik bagi Jokowi mempercayakan mendorong Gibran jadi capres daripada mendorong Prabowo,” demikian Nando. (fia/kus)
Discussion about this post