WAKIL Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, mendorong agar pengolahan pakan ternak Desa Yosorejo dapat diduplikasi ke seluruh daerah di Jawa Tengah. Khususnya, daerah dengan ketersediaan pakan ternak jenis rumput yang minim.
Hal tersebut diungkap Taj Yasin saat meninjau peternakan domba Desa Yosorejo, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, kemarin.
“Pak Camat Petungkriyono mengajak warga untuk beralih. Di sini (Petungkriyono) tanahnya subur, pakan ternak (rumput) tidak kekurangan. (Rumputnya) Diolah fermentasi. Tujuannya yang pertama adalah bisa mengontrol kesuburan kambing. Kedua lebih efektif dan efisien tidak perlu setiap hari masyarakat harus ambil rumput. Yang ketiga, ketika setelah melahirkan bisa diatur sehingga nantinya bisa lebih cepat gemuk,” kata Taj Yasin.
Wagub berharap pengolahan pakan ternak dengan metode fermentasi ini cocok dilakukan di wilayah-wilayah tandus. Menurutnya, mereka (peternak di wilayah tandus) bisa mengadopsi metode tersebut.
“Saya berharap (metode) ini cocok sebetulnya bukan hanya di Petungkriyono. Tapi malah ke arah daerah tandus. Mereka yang yang kesulitan mencari pakan dan lainnya itu bisa dengan pakan fermentasi,” tambahnya.
Menambahkan, Plt Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Jateng, Saiful Latif, mengatakan pihaknya berupaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) melalui bimbingan teknis.
Dikatakan, dalam bimtek tersebut, terdapat pelatihan budidaya, pengolahan pakan, termasuk kesehatan hewan. Bimtek yang digelar tahun ini ditargetkan untuk 4.000 peserta.
“Itu adalah bimbingan teknis. Yang kedua, kami juga ada bantuan dalam bentuk hibah, dalam bentuk ternak. Bisa sapi, bisa kambing, bisa domba tergantung dari proposal yang masuk ke kita,” terangnya.
Sementara itu, pengelola peternakan Desa Yosorejo, Farid Abdul Hakim menjelaskan, peternakan domba yang dikelolanya ini melakukan upaya pemuliabiakan domba. Menurutnya, pemuliabiakan ini dilakukan untuk menemukan hasil maksimal dengan kawin silang.
“Karena tujuannya pemuliabiakan. Artinya domba bunting yang sudah kita kawinkan dengan domba impor atau domba unggulan, itu biar bisa berkembang rata,” kata Camat Petungkriyono tersebut.
Farid menambahkan selama ini domba dianggap bernilai murah. Oleh karenanya, dengan kawin silang diharapkan hasilnya dapat bernilai lebih tinggi.
Terkait pengolahan pakan ternak, Farid mengatakan pakan ternak yang dikelola peternak berasal dari limbah pertanian. Dari limbah tersebut kemudian diproses fermentasi sehingga lebih praktis.
“Jadi konsep ‘Tanpa Angon Tanpa Ngarit‘ itu bisa berjalan. Lha selama ini kan mereka untuk memelihara beberapa ekor saja sudah waktunya habis buat nyari rumput. Dengan adanya proses fermentasi ini kan pengawetan bahan pakan supaya lebih praktis dan efisien. Itu nanti menjadi seminggu sekali dia (peternak) nyari rumput,” imbuhnya. (jtg/zil)
Discussion about this post