BIOPORI merupakan metode alternatif untuk menyerap air hujan dan mengolah sampah organik.
Sampah organik yang ditempatkan di dalam lubang memikat mikro organisme ke dalam terowongan kecil di dalam tanah sehingga air cepat meresap.
Untuk mewujudkan Bantul Bersih Sampah 2025, pada 5 Februari 2023 lalu, KKN UAD Unit XIII A.2 Padukuhan Karangasem, Kelurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul, mengadakan penyuluhan cara mengatasi masalah sampah rumah tangga menggunakan metode biopori. Kemudian dipraktikkan pada 6 Februari 2023.
Tujuan penyuluhan biopori ini untuk menghemat tempat dikarenakan ruang yang diperlukan terbilang kecil. Selain itu sebagai cara untuk mengurai sampah organik — khususnya sampah dapur — agar tidak menggunakan bahan kimia dan tidak menimbulkan bau serta mengenalkan secara luas tentang metode biopori.
Sebelumnya, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul telah mempratikkan pengolahan sampah dengan metode biopori sehingga program kerja utama KKN UAD itu ada penyuluhan tentang biopori.
Penyuluhan yang disampaikan Faisal selaku Ketua KKN UAD Unit XIII A.2 dihadiri perwakilan warga setiap RT di Padukuhan Karangasem.
Pada kesempatan itu, Faishal memaparkan kategori sampah rumah tangga dan juga tentang proses pengolahan sampah dengan metode biopori.
“Metode biopori ini dilakukan dengan cara membuat lubang menggunakan alat bor LRB diameter kurang lebih 10 centimeter, kemudian diputar searah jarum jam dan dapat diberi air terlebih dahulu agar tanah lebih gembur hingga kedalaman maksimal 80-100 cm,” papar Faishal.
Bagi Faishal, metode biopori ini juga dibantu pipa peralon beserta tutupnya berdiameter 10 cm dan lebar 1 meter.
Pada pipa peralon dan tutupnya harus dilubangi. “Agar mikro organisme dapat masuk untuk melakukan pembusukan,” terang Faishal.
KKN UAD Unit XIII A.2 langsung mempraktikkan pengolahan biopori. Dalam praktik tersebut ketua dan anggota kelompok KKN UAD Unit XIII A.2 memulai mengebor di halaman warga RT 5 Karangasem.
Dalam kegiatan biopori tersebut ditemukan beberapa kendala, seperti struktur tanah yang memiliki bebatuan yang cukup banyak dan tanah yang memiliki kandungan air yang cukup banyak.
“Pada saat kami mengebor tanah kedalaman hanya sekitar 50 centimeter sehingga solusi yang kita buat memotong setengah dari pipa peralon dan menyediakan dua tutup pipa,” kata Faishal.
Walaupun mendapatkan kendala dalam praktik, tapi kegiatan yang mereka lakukan berjalan mulus. “Sampah sisa-sisa dapur dapat masuk ke tempat biopori,” terang Faishal.
Semoga dengan adanya metode biopori yang dipraktikkan mahasiswa KKN UAD itu dapat membantu mengatasi permasalahan sampah. Khususnya sampah-sampah dapur di wilayah Padukuhan Karangasem.
Dengan hadirnya mahasiswa KKN UAD Unit XIII A.2 diharapkan juga dapat memotivasi warga masyarakat Padukuhan Karangasem untuk mengolah sampah, khususnya sampah dapur. (Fan)