MAHASISWA Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Reguler 101 Unit XIV B.1 mengadakan edukasi bahaya sampah organik di Balai Pertemuan Muhammadiyah wilayah RT 02 dihadiri tokoh masyarakat Dusun Tegallayang IX, Kalurahan Caturharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul.
Selain itu juga mengajak masyarakat untuk mengolah sampah organik — terutama sampah dapur — menggunakan metode ember tumpuk.
Ketua KKN UAD Reguler 101 Unit XIV B.1, Muhammad Iqbal Al Anbari, menuturkan, kegiatan edukasi ini memberikan pengetahuan kepada masyarakat Dusun Tegallayang IX mengenai dampak dari sampah.
“Dan cara mengurangi sampah itu menjadi pupuk yang bisa dimanfaatkan, yaitu POC atau pupuk organik cair,” kata Iqbal, Kamis (4/3/2023).
Pemanfaatan sampah organik dengan metode ember tumpuk ini, dikatakan Iqbal, juga mendukung program Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul, yaitu Bantul Bersama (Bantul Bersih Sampah 2025).
Dengan pengelolaan sampah sampai di tingkat rumah tangga, KKN UAD mendukung program Kabupaten Bantul dalam rangka Bantul Bersih Sampah 2025.
Narasumber dalam kegiatan edukasi komposter ember tumpuk ini adalah mahasiswa KKN UAD di Dusun Tegallayang IX, antara lain Dini Fitriani, Purwanti, Muhammad Hasan Bisri, Adinda Oryza Sativa, Muhammad Iqbal Al Anbari, Andini Pertama Puspitasari, Husnul Khatimah, Robit Rifai dan Alfina Ade Arifin.
Di bawah bimbingan Dr Rochana Ruliyandari, SE, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), kegiatan edukasi ini tujuannya untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian masyarakat mengenai pengolahan sampah dengan metode ember tumpuk.
Seperti disampaikan Dr Rochana Ruliyandari, SE, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), pencemaran lingkungan hidup telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
“Untuk itu, setiap elemen masyarakat diharapkan memiliki rasa cinta dan kesadaran akan lingkungan hidup,” kata Rochana Ruliyandari.
Sebenarnya, pengolahan sampah organik tidak memerlukan biaya yang mahal. “Dengan memanfaatkan barang bekas pun kita bisa menyulapnya menjadi material yang sangat bernilai,” kata Iqbal.
Dalam memanfaatkan sampah dapur, Iqbal mencontohkan sisa makanan, buah-buahan, dan sayur-sayuran. “Itu bisa dijadikan pupuk organik cair,” tandas Iqbal.
Hal tersebut dengan cara sampah dimasukkan ke dalam ember yang sudah dimodifikasi menjadi ember tumpuk.
Dijelaskan Iqbal, ember tumpuk ini digunakan untuk mengolah sampah dengan bantuan maggot.
“Sampah dapur yang sudah dimasukkan ke dalam ember tumpuk nantinya akan terjadi pengomposan dan penguraian yang dilakukan oleh maggot yang kemudian akan menjadi lindi yang dapat digunakan sebagai pupuk cair, yang nantinya digunakan untuk menyuburkan tanaman,” kata Iqbal, didampingi Husnul Khatimah.
Kegiatan edukasi ini mendapat tanggapan baik dari warga masyarakat Tegallayang IX.
Mereka berharap, adanya kegiatan ini nantinya dapat bermanfaat bagi warga yang kebanyakan berprofesi sebagai petani. (Fan)