KADER-KADER ulama dan zuama Muhammadiyah, yang kesehariannya tinggal di tanah Keraton Yogyakarta, Komplek Masjid Ngipiksari, Kaliurang, Kabupaten Sleman, buat kaos bertuliskan: “Mentjetak Kijahi Kemadjuan”.
Komplek Masjid Ngipiksari Kaliurang, Sleman, adalah peninggalan Kyai H Hadjid, ulama besar Muhammadiyah dan santri langsung dari almarhum KH Ahmad Dahlan.
Di tengah padatnya kuliah dari para dosen senior dan yunior dalam dan luar negeri serta tugas individu dan kelompok maupun muroja’ah yang dipandu oleh musyrif Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM), para thalabah/thalibaat yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Tarjih Muhammadiyah (IMTM) masih sempat untuk berkarya membuat kaos dan kopiah.
“Sebagai karya budaya itu sempat dipasarkan di acara Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah di Surakarta,” ungkap Fahmi Muqoddas, Selasa (20/12/2022).
Ternyata, karya para thalabah/thalibaat yang tergabung dalam IMTM itu laris manis dibeli oleh para peserta, peninjau dan penggembira muktamar.
“Saya dan pak Santo sempat membeli karya mereka,” terang Fahmi Muqoddas, yang sangat menyayangkan tidak kebagian kaos warna hitam yang pantas dikenakan generasi sepuh.
Selain itu, Fahmi Muqoddas juga tidak kebagian kopiah kyai kemajuan yang laris manis. “Tanpa sisa satupun,” kelakar Fahmi Muqoddas.
Atas karya kreatif para thalabah/thalibaat PUTM untuk menjadi manusia mandiri dan merdeka serta berdaulat di berbagai bidang — termasuk bidang ekonomi kreatif dan berdaulat dalam berijtihad — Fahmi Muqoddas mengucapkan selamat.
Menurut Fahmi, kalau para thalabah/thalibaat PUTM bisa mandiri dan kuat, baik di bidang keilmuan dan ekonomi, maka akan berdaulat dalam bidang politik. “Tidak menjadi obyek politiking dari penguasa,” kata Fahmi, yang berharap semoga menjadi ulama dan zuama berkemajuan. (*/Fan)