DI tengah pandemi COVID-19, kreatifitas dan pengabdian dibuktikan oleh mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.
Mahasiswa S1 PGSD UAD Yogyakarta terdiri dari: Dhuhana (ketua) dengan anggota: Febriana dan Hasna serta Defri (mahasiswa S1 Teknik Elektro) lolos mendapatkan pendanaan dari Kemenristek Dikti.
Di bawah bimbingan Mufti Khakim (Dosen FH UAD), program ini lolos mendapatkan pendanaan Kemenristek Dikti setelah bersaing dengan tim lainnya dari seluruh Indonesia.
Mereka melakukan pengabdian dengan judul “Penanaman Nilai Anti Korupsi pada Siswa Sekolah Dasar Bekerjasama dengan SD Muhammadiyah Kayen, Kelurahan Condong Catur, Kecamatan Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta”, yang dilaksanakan secara daring dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi, berlangsung dari bulan Agustus 2020 sampai September 2020.
Korupsi, dijelaskan Mufti Khakim, merupakan perilaku musuh bersama. “Maka untuk melawannya salah satunya dengan cara menanamkan sikap antikorupsi sejak dini,” kata Mufti Khakim.
Sebab, pada masa-masa inilah sering disebut sebagai usia golden age atau usia keemasan. “Masa anak-anak merupakan usia dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental,” katanya.
Oleh karena itu, dalam program ini Dhuhana, Febriana, Hasna dan Defri memilih anak-anak sebagai objek sekaligus subjek dari pengabdian.
Diungkapkan Duhana selaku ketua tim, agar penanaman nilai antikorupsi tersebut bisa sampai kepada anak-anak, maka tim memilih menggunakan media permainan game. “Dengan memodifikasi permainan werewolf atau serigala dengan judul memburu koruptor,” paparnya.
Harapannya, dengan adanya permainan yang menarik itu, anak-anak akan lebih mudah memahami apa yang disampaikan tim tersebut. Yaitu, pesan perlawanan terhadap perilaku korupsi.
Bagi Duhana, permainan ini membawa anak-anak untuk belajar aktif (active learning) dan memiliki pengalaman dengan bermain peran. “Sehingga mereka bisa belajar dari pengalaman,” tandas Duhana.
Ditambahkan Febri selaku anggota tim, dalam program tersebut memilih siswa SD karena kebetulan anggota tim ini mayoritas adalah mahasiswa PGSD, yang memang dipersiapkan untuk menjadi pendidik siswa SD. “Sehingga sinkron dengan keilmuan yang didapatkan di kampus,” terangnya.
Dan tema antikorupsi sangat relevan untuk tetap diangkat menjadi isu, baik dalam penelitian maupun pengabdian. “Hal ini agar muncul kesadaran perlawanan terhadap sikap dan perilaku yang koruptif,” ungkap Mufti, dosen pembimbing program ini.
Adanya program ini direspon sangat baik oleh kepala sekolah SD Muhammadiyah Kayen, Indriyani, S.Pd.
“Saya sangat bersyukur karena sekolah ini dipilih untuk program pengabdian yang sangat bermanfaat bagi anak-anak SD Muhammadiyah Kayen,” ungkapnya.
Hal ini, kata Indriyani, memberikan pengalaman kepada anak-anak untuk mengenal antikorupsi sejak dini dengan mudah. “Sebab melalui permainan mereka bisa mengenal soal antikorupsi dengan baik,” katanya.
Harapannya, semoga kerjasama ini — dan juga program pengabdian — bisa berlanjut dengan program-program lainnya. (fan)
Discussion about this post