SETELAH digelar selama tujuh hari, Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) XX tahun 2025 resmi ditutup pada Rabu, 12 Februari 2025 malam.
Berbeda dengan pembukaan PBTY XX, kali ini pesta penutupan dilangsungkan di Panggung Utama, Kampung Ketandan, Malioboro, Yogyakarta.
Ketum PBTY XX 2025, Antonius Simon menyebut gelaran acara ini telah berlangsung lancar dan baik.
“Selama tujuh hari ini acara keseluruhan berlangsung baik dan lancar,” ucapnya.
Walaupun diakui Simon, untuk PBTY XX kali ini masih terdapat kekurangan, terlebih pada UMKM yang ada.
“Tahun ini kita hanya bisa menampung 138 UMKM, dari 500 UMKM yang mendaftar,” katanya.
Sementara itu, Ketua Pelaksana PBTY XX 2025, Subekti Saputro Wijaya mengakui bahwa terjadi penurunan atas penyelenggaraan PBTY kali ini dibandingkan dengan sebelumnya.
“Dibandingkan dengan PBTY tahun 2023, jelas ini ada penurunan,” katanya.
Penurunan itu terlihat dari kunjungan orang yang datang ke PBTY XX kali ini dibandingkan PBTY tahun 2023.
“Pada hari pertama sampai ketiga tahun ini sepi dibandingkan PBTY tahun 2023,” katanya.
Sementara Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Daerah Istimewa Yogyakarta (PSMTI DIY) yang juga menjabat Wakil Ketua PBTY XX, Ellyn Subiyanti pada kesempatan itu menyampaikan melalui perhelatan ini sebagai ajang memperkenalkan budaya Tionghoa.
“Melalui acara ini kita lebih bisa memperkenalkan budaya Tionghoa dan masyarakat juga bisa lebih mengenal kebudayaan Tionghoa,” katanya.
Karena melalui PBTY ini akulturasi budaya lokal dan Tionghoa dipadupadankan.
“Melalui PBTY akulturasi budaya Jawa dan Tionghoa dipertemukan,” katanya.
Ellyn juga berharap kedepannya pelaksanaan PBTY bisa semakin lebih baik lagi.
Kembali Ellyn menjelaskan, pada penutupan PBTY XX kali ini ada sumbangan tarian dari Hoo Hap Hwee, Paguyuban Bhakti Putra dan Perhimpunan Fu Qing.
“Serta diakhir acara ada atraksi 30 Barongsay dan permainan Naga atau Liong yang memukau dari FOBI yang meraih medali Emas pada PON ke XXI Aceh Sumut beberapa waktu lalu,” katanya. (rth)