RATUSAN tenant UMKM telah dipastikan akan memeriahkan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) XX. Dari ketersediaan slot tenant sebanyak 138, semuanya sudah terpenuhi, bahkan panitia terpaksa mengeliminasi jumlah pendaftar yang mencapai 500 tenant, karena keterbatasan tempat.
PBTY XX tahun 2025 ini nantinya akan digelar pada 06 – 12 Februari 2025 mendatang. Tahun sebelumnya pada 2024, PBTY sempat diselenggarakan di Hoo Hap Hwee atau Perkumpulan Budi Abadi, Bintaran Wetan, Yogyakarta, namun tahun ini, PBTY kembali diselenggarakan di kampung Ketandan, Yogyakarta.
Terkait dengan hal tersebut, Antonius Simon, Ketua Panitia PBTY XX 2025 mengatakan, sesuai tradisi, sudah sejak puluhan tahun PBTY memang diselenggarakan di Kampung Ketandan. Hal tersebut juga ia sampaikan kepada Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, pada Jumat (31/1/2025) di Gedhong Wilis, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta. Menurut Simon, ia telah meminta izin kepada Sri Sultan untuk menggunakan kampung Ketandan dan juga bekas kampus UPN untuk mendukung kelancaran penyelenggaraan PBTY XX.
Panitia menurut Simon telah bekerja keras untuk melakukan seleksi terhadap UMKM yang mendaftar untuk mengisi slot. Para pendaftar juga menyertakan media sosial agar lebih mudah melakukan kurasi. Pun dengan jenis dagangan, juga dipilih agar lebih beragam.
“Kendala kita ada di tempat yang terbatas. Inginnya mengakomodasi semua yang daftar, tapi kami juga memiliki keterbatasan. Tapi tetap kami upayakan yang terbaik,” ujar Simon.
Simon mengungkapkan, tahun ini PBTY akan memberikan suguhan yang sangat menarik. Selain ragam kuliner, suguhan akulturasi seni budaya di Indonesia akan ditampilkan. Selain itu, keberadaan Teras Malioboro Baru yang ada di Kampung Ketandan juga akan menambah kemeriahan penyelenggaraan PBTY tahun ini. Simon optimis gelaran tahun ini akan kembali meriah dan menjadi event nasional yang diperhitungkan.
“Banyak atraksi menarik. Intinya akan kita usahakan lebih menarik dengan adanya tarian akulturasi budaya dari Sabang sampai Merauke, dari Papua hingga Aceh dan sebagainya. Itu akan sangat menarik, selain sajian kulinernya,” papar Simon.
Pembukaan PBTY XX ini rencananya akan dihadiri langsung oleh Sri Sultan pada Kamis (06/2/2025) malam. Pembukaan akan diawali dengan dengan festival dan karnaval, dari Abu Bakar Ali hingga berakhir di titik 0 km.
Simon tetap berharap, perputaran ekonomi pada saat PBTY XX nanti mampu memberikan hasil yang menggembirakan. Apalagi menurut Simon, Yogyakarta terkenal sebagai Kota Pendidikan, Kota Budaya dan Kota Pariwisata. Dengan kegiatan ini ia berharap ekonomi, budaya dan pendidikan semakin berkembang.
“Dari Singapura, dari Hongkong, juga ada yang datang kesini, dan mereka tertarik. Bisa dikatakan ini adalah event nasional, banyak teman-teman yang bertanya apa diadakannya karena akan berkunjung. Mudah-mudahan bisa lebih menarik dan juga akhirnya akulturasi gabung jadi satu,” tutup Simon.
Wakil Ketua II PBTY XX, Ellyn Subiyanti yang turut hadir pada acara audiensi tersebut menjelaskan acara ini merupakan akulturasi kebudayaan dan kesenian Jawa dan Tionghoa.
“Acara ini merupakan akulturasi budaya Jawa dan Tionghoa,” katanya.
Termasuk acara karnaval budaya yang akan menjadi pembukaan PBTY XX merupakan akulturasi kebudayaan Jawa dan Tionghoa.
“Karnaval budaya ini akan menampilkan kolaborasi seni budaya Tionghoa dan budaya lokal,” kata Ellyn. (*)