YOGYAKARTA tak bisa dilepaskan dari sejarah masa lalunya. Dahulu, di Yogyakarta pernah berdiri kerajaan-kerajaan besar yang berjaya pada zamannya. Mataram kuno dan Mataram Islam menjadi dua kerajaan besar yang pernah berjaya di Yogyakarta.
Meski sama-sama bernama Mataram, keduanya merupakan kerajaan yang berbeda. Untuk peninggalan Mataram Islam, salah satu yang sekarang masih dapat dijumpai ialah makanan tradisional. Hidangan tersebut merupakan roti kembang waru yang dapat ditemukan di daerah ibu kota pertama kerajaan ini, yakni Kotagede.
Kampung Bumen yang terletak kurang lebih 500 meter sebelah timur laut pasar Kotagede merupakan salah satunya. Disini, terdapat 20 penghasil roti kembang waru yang beranggotakan 23 keluarga, salah satunya ialah pak Kanthi.
Menurut Pak Kanthi, pada zaman dahulu, roti ini biasa tersaji saat keraton yang sedang menggelar acara seperti mitoni, selapanan, tekanan, manten atau lamaran. Nama kembang waru di roti ini dikarenakan bentuknya yang menyerupai bunga waru.
Disekitar keraton Kotagede banyak pohon waru yang berbunga. Sayangnya, pohon itu tak produktif. Selain tak pernah berbuah, kayu pohon waru pun tak cocok bila dipergunakan untuk bahan konstruksi bangunan.
Juru masak kerajaan pun membentuk cetakan roti berasal bunga waru sebab mudah untuk ditiru. Serta memproduksi roti kembang waru sampai waktu ini karena meneruskan produksi dari ibunya dari semenjak dahulu.
Laki-laki yang mulai membentuk roti kembang waru sejak tahun 1965 ini menjelaskan, saat ini bahan penghasil roti sedikit mengalami perubahan. Bila zaman dulu memakai telur kampung serta tepung ketan, maka kini bahannya dari telur ayam petelur serta tepung terigu.
Sementara untuk pewanginya, jika dulu menggunakan daun pandan, kini memakai vanili. Meski demikian, rasa serta kualitasnya tetap terjaga mirip aslinya.
Untuk menjaga rasa serta kualitasnya, pak Kanthi, masih masih mengolah roti kembang waru masih memakai cara tradisional. Kompor untuk memasak roti ini masih memakai arang, bukan gas ataupun minyak. Pembuatan roti pun dilakukan menggunakan memasukkan adonan ke semacam oven tradisional. Dirinya yakin, cara inilah yang menjaga roti kembang waru permanen sama seperti aslinya.
Sesudah matang, maka adonan dikeluarkan dari oven dan jadilah roti kembang waru. Saat dimakan, roti ini begitu empuk dengan aroma yang wangi serta rasanya pun manis ditambah dengan varian rasa. Hingga kini, roti kembang waru masih banyak dipesan warga yang akan mengadakan acara. Harga yang ditawarkan kan pun tergolong murah. Pembeli cukup merogoh kocek Rp 2.000 per bijinya.
Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta (UAD) memberdayakan UMKM pada tengah pandemi dengan terjun langsung ke kawasan produksi.
Maka dari itu pendekatan yang dipakai yaitu menggunakan metode secara langsung. Hal itu guna mencapai tujuan program yang mana untuk metode offline dengan turun ke lapangan membantu untuk membina UMKM.
Adapun program kerja yang dilakukan untuk UMKM diantaranya pembuatan serta pengelolaan media umum, pembuatan desain serta pencetakan label produk, pembuatan desain packaging produk, modifikasi rasa, pengisian konten akun media umum dan memfoto produk UMKM.
KKN alternatif 76 tahun ini berbasis offline. KKN yang dibimbing Titisari Juwitaningtyas, STP., M.Sc. Tak jarang dosen Teknologi Pangan itu ikut serta membantu pada saat melakukan pembimbingan UMKM di lokasi produksi roti kembang waru.
Program KKN alternatif 76 ini berlangsung selama dua bulan. Dimulai pada 11 November 2021 sampai 11 Januari 2022 lalu. Selama itu peserta KKN mengidentifikasi problematika yang terjadi di UMKM sebagai mitra KKN unit IC II.
Secara keseluruhan KKN KKN unit IC II berjalan dengan lancar. Harapannya, mampu meningkatkan omset pembuat roti. Pada dasarnya, seluruh sektor terdampak Covid-19.
Dengan permasalahan tersebut, Unit KKN IC II melakukan pendampingan pada pemasaran produk melalui media umum.Sementara pemasaran secara online membantu produk UMKM bisa di jangkau oleh konsumen yang lebih luas.
Pada kesempatan ini, Unit KKN IC II juga membantu mitra UMKM membentuk, mengembangkan serta cara memakai sosial media yang sedang marak pada era 4.0 ini. Setelah membentuk media pemasaran yang menarik serta mendampingi mitra dalam memakai media tersebut diharapkan pemasaran produk di mitra KKN bisa menjadi normal kembali.
Oleh: Mahasiwa KKN Alternatif 76 Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
(daf/yul)
Discussion about this post