Obelix Village, Destinasi Kekinian di Tengah Hamparan Alam Pedesaan

Penampakan Obelix Village (ist)

BEBERAPA bangunan gaya arsitektur Jawa bercat dominan warna putih, terlihat mencolok di tengah hamparan hijau Padukuhan Krandon, Kalurahan Pandowoharjo, Sleman. Huruf timbul bertuliskan Obelix Village yang menandakan nama kawasan itu, terpampang dengan jelas dari kejauhan.

Istilah itu memang terdengar masih asing. Rencananya, obyek wisata Obelix Village baru akan dibuka untuk umum mulai Sabtu (15/10/2022) besok. Dari namanya bisa diterka jika destinasi ini ada keterkaitan dengan Obelix Hills, sebuah tempat wisata berlatar bukit Prambanan yang belakangan tengah hits.

Obelix Village merupakan obyek kedua yang dikembangkan oleh manajemen All Obelix. Manajer Obelix Village, Monika Priyatno menuturkan, proyek village ini sudah cukup lama dikerjakan. Idenya bermula dari keinginan mencari suatu tempat rekreasi unik yang berada di tengah sawah.

“Kami ingin menghadirkan sesuatu yang natural tanpa merusak eksistensi kawasan ini sebagai lahan kuning. Sebagaimana Obelix Hills yang sudah terlebih dulu hadir, kami tetap berprinsip tidak mengubah keaslian objek,” tuturnya, Kamis (13/10/2022).

Berawal dari niatan itu akhirnya tercetus gagasan membuat objek wisata dengan desain back to nature. Sesuai konsep tersebut, Obelix Village yang berdiri diatas lahan seluas 4 hektare menyuguhkan wahana yang tidak jauh dari kesan alami semisal mini farm, dan little zoo.

Mini farm adalah sebuah wahana edukasi tentang pertanian. Disini, pengunjung bisa ikut bercocok tanam dan memanen hasil tani. Selain itu dapat bertransaksi aneka produk sayuran organik.

Sedangkan little zoo mengusung konsep kebun binatang mini yang didalamnya terdapat berbagai macam satwa seperti rusa, kelinci, burung, sapi, kambing, kuda poni, dan ayam. Pengunjung bisa berinteraksi dengan satwa lewat cara memberikan pakan yang sudah disediakan oleh pihak pengelola.

Spot activity ini pula yang menjadi salah satu perbedaan dengan Obelix Hills yang lebih banyak menjual pesona alam. Selain itu ada pula wahana river deck dimana pengunjung dapat bersantai di tepi sungai sembari menikmati ragam kuliner.

Berada di tengah lingkungan pedesaan tentunya pemberdayaan warga tidak luput dari perhatian. Sebelum acara pembukaan, pihaknya juga sudah mengadakan bakti sosial dan pengajian mengundang warga sekitar.

“Nantinya, kami menggandeng desa wisata melalui atraksi gerobak sapi. Karang taruna juga dilibatkan untuk mengelola lahan parkir,” ujar Monika.

Kehadiran obyek wisata ini juga mampu menyerap lebih dari 120 karyawan termasuk pekerja restoran, kafe, dan ministall. Untuk masuk ke objek wisata ini, pengunjung diharuskan membayar tiket masuk mulai dari Rp 15 ribu hingga Rp 30 ribu. (rth)

Exit mobile version