PENGGIAT media sosial Ninoy Karundeng mengatakan, serangan Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY dengan isu kudeta terhadap dirinya sebagai Ketua umum partai Demokrat kepada Kepala Staf Keprisidenan (KSP) Moeldoko merupakan upaya penyelamatan sang Mayor (purn) itu dan ayahnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Isu kudeta itu merupakan upaya penyelamatan diri AHY dan SBY. Internal Demokrat tercerai-berai. Berbagai faksi di Demokrat tak sejalan dengan AHY. Akibatnya partai ini dianggap milik keluarga SBY,” kata Ninoy dalam keterangan tertulisnya Rabu 10 Februari 2021.
Dikatakan Ninoy, AHY adalah SBY. Karena sejatinya AHY tidak memiliki kemampuan politik sama sekali. Pangkat Mayor di militer ibarat telur asin yang belum matang.
“Bau amis telur tapi tak bisa dimakan dan tidak bisa kembali menjadi telur yang bisa menetaskan anak ayam. AHY adalah wujud kegagalan dirinya. Anak Memo adalah malapetaka bagi partai,” ujarnya.
Diungkapkan Ninoy, internal partai menyebut AHY masih lebih oke di bawah Ibas. Sementara AHY buta politik. Dia hanya mengandalkan perintah Memo dan Pepo. Suatu hal yang naif dalam politik. Akibatnya, elektabilitas partai Demokrat terjun bebas.
“Dengan elektabilitas 3,2, Demokrat dipastikan tamat pada 2029. Karena gagal masuk parliamentary threshold pada 2024,” ucapnya.
Lalu apa yang harus dilakukan AHY menurut titah SBY? Playing victim, sok didzolimi ala SBY-AHY. Isunya kudeta partai Demokrat, yang melibatkan Moeldoko. Dengan menyeret Moeldoko dua target bisa dicapai, termasuk menyerang Jokowi.
Caranya? AHY membusukkan Jenderal (purn) Moeldoko yang nota bene sebagai salah satu benteng Jokowi berlatar belakang TNI selain AM Hendropriyono dan LBP.
“Moeldoko adalah orang penting Jokowi. Maka taktik politik culas AHY adalah dengan mengadu domba Jokowi dan Moeldoko,” kata dia.
Lebih parah lagi, menurut Ninoy, AHY menggoreng isu kudeta internal Demokrat sampai menyurati Jokowi. Tampak tidak nyambung. Namun, demi menyelamatkan diri dan keluarga, apapun dilakukan termasuk yang musykil sekalipun.
Pun momen pemicu isu kudeta juga sepele. Moeldoko diajak ngopi bareng dengan politisi Demokrat anti AHY. Moeldoko foto bersama, tanpa membuat pernyataan apapun. Dia cuma mendengar curhatan politisi Demokrat. AHY tak tahu pergaulan elite politikus antar partai: “di atas tertawa minum wine di bawah biarkan saling tikam”.
“Sejatinya, tujuan AHY melontarkan isu kudeta Demokrat adalah memisahkan Moeldoko dari Jokowi. Karena faktanya, Jokowi yang sipil, membutuhkan dukungan militer ingat tentara tetap tentara meskipun purnawirawan,” jelasnya.
Dirinya menduga, konsultasi AHY dengan SBY, tentang skenario menjatuhkan Jokowi, lewat alienasi Moeldoko dari Jokowi dan militer, mendapatkan dukungan kelompok Cendana. Maka AHY dengan sigap melontarkan tuduhan terhadap Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.
“AHY yang baperan punya harapan. Dia menjadi alat proxy musuh Jokowi. Dia berharap, dengan dipecatnya Moeldoko, Jokowi terguncang. Kasus Century, Ibas, dan pencucian uang pemerintahan SBY sebesar Rp117 triliun yang disebut Asia Sentinel pun tertutupi,” jelasnya.
Masih menurut Ninoy, AHY paham pintu kejahatan pemerintahan SBY di Bank Century merembet ke Asabri dan Jiwasraya dengan Benny Tjokro sebagai kaki tangan. Ditambah lagi keterlibatan Ibas dalam korupsi Wisma Atlet dengan US$200.000 yang disebut Yulianis diberikan oleh Muhammad Nazaruddin.
“Jokowi tak mudah dibohongi. AHY yang cupu tak paham Moeldoko nyaris menjadi cawapres Jokowi, selain Mahfud MD. AHY berharap panggung Moeldoko 2024 hilang. Maka, caranya adalah mendorong Jokowi memecat Moeldoko dari KSP. Hal yang tidak akan pernah terjadi karena Jokowi tidak pernah melupakan jasa orang yang membantunya. Justru yang akan terjungkal dari Demokrat adalah AHY, sebagai karma ketika dia membuang Sys NS sebagai pendiri Demokrat,” pungkas Ninoy Karundeng. (kal/fia)