KABUPATEN Batang, Jawa Tengah terpilih menjadi lokasi pembangunan Pabrik Bandaraya, sebuah pabrik pengolahan susu sapi merek Nestle.
Nilai investasi yang ditanamkan oleh PT Nestle Indonesia Ganesan Ampalavanar mencapai 120 juta dolar AS atau sekitar Rp1,725 triliun.
Menteri Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI, Bahlil Lahadalia, menyatakan, pembangunan dan operasionalisasi pabrik mengedepankan pola kemitraan dengan para peternak sapi lokal setempat.
Nantinya, pabrik tersebut dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 200 orang.
“Ini pertanda baik karena bisa menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan investasi,” terangnya, pada acara peletakan batu pertama pembangunan pabrik Nestle di Desa Wonosegoro Bandar, Kabupaten Batang, Kamis pekan ini.
Menurut Menteri Bahlil, keberadaan pabrik tersebut kelak dapat berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat.
Tahun ini, Pemerintah Pusat menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar lima persen. Sektor investasi diharapkan dapat menyumbangkan angka pada pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 30 persen, sedangkan sektor konsumsi sebesar 60 persen.
Ia berkeyakinan ke depan Jawa Tengah akan menjadi tujuan investasi, karena menduduki peringkat kelima sebagai daerah investasi.
“Dengan adanya pabrik ini, akan mampu menciptakan perputaran uang, yang akan diterima rakyat Jawa Tengah bisa mencapai Rp150 miliar per bulan dari penjualan susu,” ujar Bahlil.
Bupati Batang, Wihaji berharap, pembangunan pabrik Nestle di wilayahnya dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat.
“Ada Rp5 miliar tiap harinya yang akan diterima pelaku UMKM yang berperan di sana, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” tegasnya.
Nantinya, pemerintah kabupaten akan melakukan pendampingan kepada para pelaku UMKM untuk memenuhi kebutuhan sapi agar produksi susu terpenuhi. Produksi direncanakan mulai berjalan pada awal 2023.
Presiden Direktur PT Nestle Indonesia Ganesan Ampalavana, mengutarakan, selama 50 tahun ini Nestle telah menjadi pengumpul susu di Indonesia sebesar 40 persen. Setiap hari, pihaknya membutuhkan 750 ribu liter susu sapi perah dari 26 ribu peternak mitra, untuk diolah menjadi berbagai produk.
“Dengan dibangunnya pabrik baru di Batang, dapat meningkatkan volume hasil susu perah yang dikumpulkan dari peternak lokal,” terangnya.
Pabrik Kaca
Pada kesempatan yang sama, Menteri Bahlil juga menjelaskan, kondisi perekonomian masyarakat Batang tak hanya akan diramaikan oleh pabrik pengolahan susu sapi, tetapi juga oleh kehadiran produsen kaca asal Korea Selatan KCC Glass.
Perusahaan tersebut telah bersiap untuk membangun pabrik di dalam Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) dengan total nilai investasi sebesar Rp5 triliun.
Bahlil menjelaskan, pabrik kaca akan berdiri di atas lahan seluas 49 hektare, dengan kapasitas produksi mencapai Rp438 ribu ton kaca per tahun. Tak hanya menyumbang devisa dan pendapatan daerah, keberadaan pabrik tersebut diharapkan dapat menjadi lapangan pekerjaan bagi 1.200 orang.
“Bahan baku tetap didatangkan dari dalam negeri dengan berkolaborasi bersama antara pengusaha dan pelaku usaha lokal,” tegasnya. (jtg/kis)