KOORDINATOR Nasional Jaringan Nasional Keumatan (JNK), Nanang Firdaus Masduki mengatakan, provokasi, agitasi bahkan ujaran kebencian terhadap Presiden Joko Widodo masih terus berlangsung dan cenderung massif jelang pilpres 2024.
Salah satunya, kata dia, seperti yang dilontarkan oleh Rocky Gerung baru-baru ini yang menyebut “bajingan tolol” yang ditunjukkan ke Presiden Jokowi.
“Kita harus jujur mengatakan bahwa ini adalah residu pertarungan politik 2019 yang sangat keras dan masih tersisa. Bahkan bisa jadi sengaja dipelihara oleh pihak-pihak tertentu,” katanya Kamis 3 Agustus 2023.
Ia mengatakan, pada awalnya kita berharap, bergabungnya pak Prabowo Subianto dan pak Sandiaga S Uno ke dalam koalisi pimpinan Jokowi akan secara otomatis menurunkan tensi pertarungan.
“Namun nyatanya hal itu belum sepenuhnya terwujud,” ucapnya.
Menurutnya, Rocky Gerung yang pada pilpres 2019 disinyalir mendukung pasangan 02, secara konsisten terus melakukan provokasi, agitasi dan perlawanan.
“Bergabungnya kandidat yang diusungnya dalam koalisi pemerintahan tidak serta merta diikuti oleh para pendukungnya. Dan Jaringan Nasional Keumatan mengecam hal itu masih saja dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab hingga saat ini,” tegasnya.
JNK menilai, bangsa ini harus diselamatkan dari polarisasi yang merusak semacam ini.
“Setiap warga negara memiliki hak kebebasan berpendapat yang dilindungi oleh Undang-undang dasar 1945. Namun demikian, hak kebebasan berpendapat juga harus menghormati dan mengakui hak-hak orang lain,” ucapnya.
Masih menurut Nanang, provokasi, narasi kebencian dan sikap menyerang individu Presiden Joko Widodo akan menyebabkan keterbelahan masyarakat semakin tajam dan membuat kohesivitas sosial kita semakin rapuh.
“Untuk itu kami minta hentikan segala bentuk ujaran kebencian. Jika upaya-upaya dialogis antar berbagai elemen bangsa tidak terwujud, JNK mendukung penegakan Law Enforcement secara utuh,” demikian Nanang Masduki. (gus/fia)