Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta mengadakan Hari ber-Muhammadiyah sekaligus pengajian Milad Muhammadiyah ke-108, Rabu (26/11/2020), diikuti Rektor, Wakil Rektor, Dekan, Wakil Dekan, dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa UAD Yogyakarta.
Seperti disampaikan Wakil Rektor Bidang Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, Drs H Parjiman, MAg, pengajian kali ini temanya adalah meneguhkan gerakan keagamaan hadapi pandemi Covid-19 dan masalah negeri. “Pengajian ini sekaligus penguatan nilai-nilai Al Islam dan Kemuhammadiyahan bagi keluarga besar UAD,” kata Parjiman.
Melihat realitas dan hasil diskusi di lingkungan UAD Yogyakarta, masih ada yang kebingungan soal Islam moderat, Islam yang radikal dan Islam Nusantara itu yang bagaimana?
“Pengajian ini juga memberi satu penguatan dalam membangun tali persaudaraan serta beramal dan beribadah melalui UAD,” tandasnya.
Dalam pengajian Milad Muhammadiyah ke-108 di UAD Yogyakarta yang dipandu M Hasbi Assidiqi, SAg, Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah — yang juga anggota Badan Pembina Harian (BPH) UAD Yogyakarta — H Faturrahman Kamal, Lc, MSi, mengatakan, Muhammadiyah adalah harokatun diniyatun Islamiyah.
“Makna gerakan keagamaan ini adalah pemahaman agama yang bukan hanya bersifat individual transenden kepada Allah SWT,” kata Faturrahman Kamal.
Bagi Faturrahman, gerakan keagamaan Muhammadiyah adalah menempatkan agama sebagai kebenaran yang diterjemahkan secara operasional di sepanjang sejarah manusia. “Gerakan wasathiyah yang dipedomani Muhammadiyah bukan klaim semata, akan tetapi pedoman yang dikonkretkan dalam realitas kehidupan sehari-hari,” paparnya yang mengutip QS Al Ahzab ayat 72.
Menurutnya, dalam konteks kekinian manusia sedang mengalami proses kehilangan kemanusiaannya. “Di zaman yang sarat akan jebakan matetialisme sekular, manusia hanya menjadikan dirinya instrumen untuk mendapatkan keuntungan secara materi,” kata Fathurrahman. (Affan)