Milad ke-60 UAD Yogyakarta

Melahirkan Generasi Muslim yang Mampu Hidup di Tengah-tengah Pergulatan Zaman

Keluarga besar Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta diharapkan bisa merefleksi perjalanan atau napak tilas yang cukup panjang dengan usia mencapai 60 tahun.

Hal itu dikatakan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir, MSi, dalam Sidang Terbuka Senat UAD Yogyakarta dengan agenda upacara milad ke-60 Universitas Ahmad Dahlan yang dilaksanakan secara daring melalui Zoom dan kanal YouTube Universitas Ahmad Dahlan, Sabtu (19/12/2020). Hal itu karena masih dalam suasana pandemi Covid-19 dan agar tetap terjaga kesehatan semuanya.

Pada kesempatan itu turut hadir dalam acara daring Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbud RI Prof Ir Nizam, MSc, DIC, PhD, Prof Dr Didi Achjari, SE, M.Com (Kepala LLDIKTI Wilayah V DIY) dan Ketua BPH UAD Prof Dr Marsudi Triatmodjo, M.Hum.

“Dengan embrionya yang cukup tua, kini UAD menampilkan institusi modern mendidik generasi muslim yang berakhlak mulia, berpikiran maju dan mampu menghadapi perubahan zaman,” kata Haedar Nashir.

Bagi Haedar, pendidikan Islam tidak cukup hanya menanamkan akhlakul karimah, tapi juga nilai-nilai kemajuan. “Tujuannya melahirkan generasi muslim yang mampu hidup di tengah-tengah pergulatan zaman,” papar Haedar.

Dengan raihan prestasi yang telah dicapai serta beberapa keunggulannya, dikatakan Haedar, menunjukkan UAD Yogyakarta telah melahirkan ide-ide pembaharuan. “Ke depan, UAD harus membangun tradisi memperkuat aspek akademik, penelitian, pengabdian dan pengembangan kepemimpinan,” katanya.

Sementara itu, Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbud RI, Prof Ir Nizam, MSc, DIC, PhD, dalam pidato ilmiahnya menyinggung usia UAD hingga 60 tahun. “Ini adalah usia yang cukup matang untuk satu lembaga pendidikan tinggi,” kata Nizam, yang menambahkan banyak karya yang dihasilkan UAD selama ini, baik lulusannya maupun karya penelitian dosen.

Menurut Nizam, prestasi tersebut perlu ditingkatkan dan dikembangkan serta mengembangkan sumber daya manusia yang unggul. “Output dari pendidikan tinggi saat ini full talenta,” katanya.

Nizam berharap, lulusan UAD agar mempunyai kompetensi. “Untuk itu perlu memberi ruang seluas-luasnya bagi mahasiswa untuk memperkaya kompetensi serta bakat yang dimilikinya,” papar Nizam, yang menambahkan belajar lintas keilmuan sangat penting di era sekarang ini.

“Di masa pandemi Covid-19 ini semoga tetap membangkitkan semangat untuk terus meningkatkan kualitas pribadi dan lembaga,” kata Dr Muchlas, MT, Rektor UAD Yogyakarta.

Dalam laporan tahunan sebagai pertanggungjawaban kinerja Rektor tahun 2020, Dr Muchlas MT, mengatakan, kinerja yang telah dicapai seluruh warga UAD Yogyakarta mencakup Tanggap Darurat Covid-19, Catur Dharma Perguruan Tinggi Muhammadiyah serta kesejahteraan dan unit usaha.

“Sehingga UAD menjadi lembaga pendidikan tinggi yang mampu bertahan, terus berinovasi dan memberikan kontribusi kepada masyarakat dalam masa pandemi Covid-19,” kata Muchlas.

Menurut Muchlas, UAD yang meraih akreditasi perguruan tinggi peringkat A sejak 2017, tahun 2020 terdapat penambahan 3 program studi terakreditasi A, yakni Prodi Pendidikan Matematika (S1), Prodi Manajemen (S1) dan Prodi Magister Pendidikan Agama Islam (S2).

Saat ini UAD Yogyakarta memiliki 52 prodi terdiri 1 program vokasi (D4), 36 program S1, 12 program S2 dan 3 program profesi. “Tahun 2020 UAD mengusulkan pendirian program Magister Ilmu Hukum, Magister Bimbingan dan Konseling, Magister Teknik Kimia serta Program Doktor Farmasi,” terang Muchlas.

Dikatakan Muchlas, perubahan sistem akreditasi yang ditetapkan Badan Akreditasi Nasional memuat 9 kriteria yang menitikberatkan pada indikator hasil dan luaran, membawa konsekuensi pada implementasi sistem penjaminan mutu internal yang lebih progresif.

Pada tahun 2020 ini UAD tetap memperoleh kepercayaan masyarakat dengan menerima 6.425 mahasiswa baru. Sehingga mahasiswa aktif saat ini berjumlah 26.889 orang berasal dari seluruh provinsi di Indonesia serta 129 mahasiswa asing dari berbagai negara didukung 705 dosen yang berjabatan akademik guru besar ada 20 (3 persen), lektor kepala 62 orang (9 persen), lektor 244 orang (35 persen), asisten ahli 287 orang (40 persen) dan tenaga pengajar sebanyak 92 orang (13 persen).

“Semangat pelajar dalam melanjutkan pendidikan tinggi tidak surut,” kata Muchlas, yang menambahkan hal itu mendorong UAD untuk terus melakukan upaya adaptasi terhadap pandemi Covid-19 melalui inovasi pelayanan pendidikan.

Dijelaskan Muchlas, total ada 2.119 mahasiswa yang memperoleh beasiswa dari pemerintah, UAD dan lembaga-lembaga mitra UAD. Secara keseluruhan beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa UAD Yogyakarta berjumlah Rp 5,7 miliar.

“Tak kalah menariknya, UAD juga terus melakukan inovasi-inovasi baru dalam proses pembelajaran, yang menjadikan UAD dipercaya memperoleh hibah dari berbagai sumber,” papar Muchlas, yang menerangkan penerimaan hibah nonpenelitian mencapai Rp 3,5 miliar.

Sampai saat ini UAD memiliki 77 jurnal di berbagai bidang keilmuan. Jurnal yang terakreditasi SINTA berjumlah 32 dan 3 di antaranya terindeks Scopus, yang menempatkan UAD sebagai Perguruan Tinggi Muhammadiyah pertama dan satu-satunya yang memiliki 3 jurnal internasional bereputasi terindeks Scopus. Sementara untuk 45 jurnal lainnya sedang dalam proses akreditasi.

Pada kesempatan itu disampaikan penghargaan bagi dosen dan karyawan serta penghargaan pengabdian sebagai rektor: Prof Farid Ma’ruf, HM Wazil Azis, SH, Drs H Ali Warsito, Prof Drs RH Sukirin, Prof Dr H Noeng Muhadjir, Prof Drs H Sugiyanto, SU, PhD, Apt dan Dr H Kasiyarno, M.Hum.

Selain itu disampaikan pula penghargaan bagi Ketua Badan Pembina Harian (BPH) UAD: HM Muchlas Abror, Drs H Syamsuddin Abdullah, MA, Prof Dr Sjafri Sairin, MA, Prof Dr H Yunahar Ilyas, Lc, MA. Juga penghargaan kepada tokoh pengembang Program Pascasarjana, yaitu Prof Dr Achmad Mursyidi, MSc, Apt. (Affan)

Exit mobile version