Belum lama ini Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah — dalam program 1.000 Cahaya — menggelar workshop bertajuk lingkungan untuk para pegiat lingkungan Muhammadiyah dengan tema “Membangun Gerakan Hijau di Lembaga Muhammadiyah”.
Workshop dalam rangka memperingati milad ke-112 Muhammadiyah bertujuan untuk mendukung program 1.000 Cahaya, yaitu gerakan yang membangun dan menerapkan konsep ramah lingkungan di lembaga-lembaga Muhammadiyah.
Inisiatif ini mencakup pengembangan green school, green pesantren, green masjid, green Ranting Muhammadiyah dan green hero, yang menekankan pendekatan inovatif dalam pelestarian lingkungan.
Adapun peserta sebanyak 22 orang dari berbagai provinsi di Indonesia, di antaranya Bali, Daerah Istimewa Yogyakarta, Banten, Jawa Timur dan Jawa Tengah.
“Bumi kita setiap hari semakin panas dan terjadi perubahan setiap saat sehingga harus ada langkah konkrit yang harus dilakukan oleh kita semua,” kata Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah Gatot Supangkat.
Pada kesempatan itu Gatot menekankan aktivitas cinta terhadap lingkungan. “Harus terus dilakukan dalam rangka terjadi efisien dalam memanfaatkan sampah, energi, air dan penghijauan,” ujarnya.
Wakil Direktur 1.000 Cahaya, Sudarto, mengungkapkan, program ini dalam rangka untuk mendokumentasikan praktik aktivitas lingkungan di antaranya adalah pengelolaan dan pemanfaatan sampah, air, energi dan penghijauan yang dilaksanakan di sekolah, pesantren, masjid dan Ranting Muhammadiyah.
Menurutnya, program ini juga dilaksanakan untuk mendokumentasi pahlawan-pahlawan lingkungan yang ada di lingkungan Muhammadiyah.
Terkait 1.000 Cahaya, Sudarto memaparkan bahwa kegiatan ini diharapkan dapat menangkap aspirasi dan konsep-konsep praktik dan aktivitas lingkungan agar dapat dijadikan model gerakan di lingkungan Muhammadiyah.
“Sehingga Muhammadiyah dapat menjadi pelopor terdepan dalam gerakan hijau di Indonesia,” tutur Sudarto Wakil Sekretaris Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Workshop kali ini dihadiri salah satu peserta innovator, Nur Amalia, dari sekolah unggulan Muhammadiyah Jembrana Bali sebagai perwakilan green school. “Kita bisa bersama-sama menciptakan inovasi baru dan membuka jendela baru terkait pengetahuan green school dan green-green lainnya untuk meningkatkan pengetahuan,” ungkapnya.
Setelah dua malam berkegiatan dilanjutkan dengan rencana tindak lanjut setiap masing-masing komponen green untuk saling sinergi, kolaborasi dan berkomitmen bersama menggerakkan masyarakat luas untuk peduli dan bertindak nyata dalam menjaga kelestarian bumi.
Pada pengujung kegiatan ada penanaman mangrove di Pantai Baros, Kabupaten Bantul, yang diikuti oleh para innovator bersama Majelis Lingkungan Hidup PWM DIY dan BPR Syariah BDW serta Paguyuban Pemuda Baros. (ASA)
Discussion about this post