JURU bicara Partai Demokrat KLB Deli Serdang Muhammad Rahmad, menilai, kubu Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY baru saja mempertontonkan demokrasi abal-abal di propinsi Riau.
Menurutnya, Musyawarah Daerah (Musda) di provinsi Riau itu dilakukan menggunakan tangan besi. Bahkan tidak berlandaskan pada AD/ART yang diciptakan gerombolan AHY diluar Kongres 2020 yang sangat tidak demokratis dan mengangkangi hak hak konstitusi anggota.
“Ketua DPD partai Demokrat Riau, Azri Auzar, seperti korban malapetaka ganda, sudah jatuh ditimpa tangga pula,” ujarnya Kamis, 2 Desember 2021.
Sejatinya, lanjut Rahmad, AD/ART partai menjadi acuan tertinggi, dimana seorang Ketua DPD bisa saja diganti sebelum masa jabatannya berakhir disebabkan oleh hal hal khusus. Penggantian itu dilakukan dalam forum Musyawarah Daerah Luar Biasa atau disebut Musdalub.
“Jika penggantian dilakukan apabila SK masa jabatan akan berakhir, maka penggantian dilakukan dalam forum Musyawarah Daerah atau disebut Musda,” ungkapnya.
Dijelaskannya, apa yang dilakukan DPP Demokrat AHY di Riau adalah mengganti Ketua DPD melalui forum Musyawarah Daerah (Musda) padahal masa jabatan Asri Auzar, Ketua DPD petahana itu sampai Oktober 2022.
“Menurut AD/ART, seharusnya dilakukan di forum Musdalub, bukan Musda,” jelas Rahmad.
Diketahui, sebelum dilengserkan oleh AHY, Asri Auzar adalah Ketua DPD Demokrat Riau yang paling lantang membela AHY dan menghujat KLB Deli Serdang.
Setelah dilengserkan AHY tanpa sebab yang jelas, Asri Auzar mengutuk orang yang melengserkannya, menyesal mendukung AHY, dan menyatakan keluar dari Partai Demokrat. Langkah itu juga diikuti oleh sederetan petinggi Demokrat DPD Riau.
“Saudara kami di Riau ini akhirnya sadar juga setelah diperlakukan semena-mena, otoriter, dan tidak adil oleh AHY. Cerita AHY tentang demokrasi didalam partai Demokrat hanya omong kosong. Prakteknya bertolak belakang dengan yang diucapkan. AHY kembali mempertontonkan praktek ala Hitler didalam partai Demokrat,” tegas Rahmad.
Masih menurut Rahmad, tindak tanduk AHY yang semena-mena, otoriter dan tidak adil kepada kader-kader partai itulah yang diperjuangkan oleh kader kader Demokrat di KLB Deli Serdang.
“Kami sangat memahami luka dalam yang dirasakan Asri Auzar di Riau. AHY telah membalas dengan tuba atas loyalitas Asri Auzar yang “bertukus lumus” membela dan melawan KLB Deli Serdang. Kemudian dibuang AHY begitu saja dipinggir jalan seperti anak buangan. Jerih payah Asri Auzar membesarkan Demokrat di Riau dan loyalitasnya kepada AHY dianggap tak ada nilai oleh AHY,” tegasnya.
Kata Rahmad, yang dialami Asri Auzar di Riau hanyalah sebagian contoh kecil dari dinasty tirani Cikeas atas kader-kader Demokrat, yang lain sudah lebih dahulu mengalaminya.
“Oleh karena itu, meskipun Asri Auzar dan teman-teman kami di Riau dulu sangat lantang menyerang Pak Moeldoko dan KLB Deli Serdang. Pak Moeldoko telah membuka pintu maaf untuk saudara kami di Riau, sebagaimana tagline KLB PD 5 Maret 2021, yaitu “Menjeput Semua Yang Tertinggal dan Mengumpulkan Semua Yang Berserak”. Kami juga membuka pintu jika ingin bergabung dalam barisan KLB Deli Serdang,” demikan Rahmad. (fat/zil)