EDO Saputra (12) remaja warga Kanigoro, Kemadang, Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul kesehariannya hanya bisa duduk dan tiduran lantaran kelumpuhan yang ia derita akibat tertimpa musibah 5 tahun silam.
Wartini (30) ibu kandung Edo menceritakan, bahwa anaknya terjatuh ketika bermain saat masih duduk kelas 1 Sekolah Dasar (SD).
Dengan kondisi Edo saat ini Ia mengaku pasrah, lantaran faktor ekonomi yang menghimpit keluarganya.
“Waktu Edo jatuh, itu saya bawa ke RSUD Wonosari. Saat itu hanya diobati saja, karena katanya hanya keseleo, sehingga tidak mendapatkan rontgen,” kata Wartini pada Kamis, (27/08/2020).
Hampir 8 tahun Wartini menghidupi ketiga anaknya sendirian, saat Edo masih duduk di bangku TK suaminya pergi tanpa alasan.
Berbagai upaya ia lakukan agar Edo dapat berjalan kembali. Wartini juga sempat membawa anaknya ke pengobatan tulang alternatif, namun lantaran jarak dan keterbatasan biaya, ia hanya membawa anaknya dua kali ke pengobatan alternatif tersebut.
“Karena saya tidak punya sepeda motor sendiri, saya harus ngojek ke tetangga Rp 30.000 pulang pergi,” ujarnya.
Wartini menambahkan, selama satu tahun terakhir ia bersama anak-anaknya tinggal di rumah ukuran 5×6 meter persegi, berdinding bambu yang sudah mulai keropos serta berlantai tanah. Itupun milik kakaknya yang kosong lantaran ditinggal pergi.
“Saya hanya pasrah saja, karena tidak memiliki penghasilan tetap. Saya hanya mendapat penghasilan dari suruhan seperti mencuci baju, setrika, mencangkul di sawah,” tambahnya.
Selain itu ia mengaku, pekerjaannya tak bisa maksimal lantaran harus menunggu Edo dirumah.
Edo yang harus putus sekolah akibat bullying dari teman sekolahnya, kini sering merasa ketakutan saat bertemu orang yang baru saja dilihatnya.
“Edo suka membuat layang-layang sendiri, nanti akan dijual dengan cara diambil kerumah. Harga seberapapun Edo mau menerima,” pungkas Wartini. (har/jil)
Discussion about this post