Kerja Nyata ‘Aisyiyah Ditengah Masyarakat

'Aisyiyah Memperluas Arena Dakwah dalam Kehidupan Keumatan

Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Dr Hj Siti Noordjannah Djohantini, MM, MSi. foto @int

PERINGATAN tasyakuran dan refleksi milad menjadi kegiatan puncak Milad ‘Aisyiyah ke-107 Hijriyah/104 Masehi yang diselenggarakan pada 19 Mei 2021.

Momen milad ‘Aisyiyah ke-104 yang mengusung tema “Merekat Persatuan, Menebar Kebaikan di Masa Pandemi” diawali serangkaian syiar kegiatan yang telah dilakukan beberapa bulan sebelumnya, mulai dari ta’awun (kepedulian) sosial yang bersifat inklusif, literasi media sosial untuk merawat persatuan, membudayakan kehidupan sehat dan mendorong vaksinasi Covid-19 hingga gerakan ketahanan pangan keluarga di masa pandemi.

Kegiatan untuk merekat persatuan dan menebar kebaikan tersebut berlangsung secara daring melalui aplikasi Zoom yang diikuti lebih dari 7.000 orang peserta di seluruh Indonesia maupun di luar negeri.

Pada 19 Mei 1917 ‘Aisyiyah didirikan di tengah konstruksi budaya yang tidak memuliakan perempuan. Narasi keagamaan ihwal kesetaraan beramal saleh menjadi landasan teologis gerakan ‘Aisyiyah yang membuka jalan bagi upaya-upaya pemajuan kehidupan perempuan.

Nilai tentang kesetaraan beramal saleh tersebut sekaligus menunjukkan karakteristik wasathiyah dan Islam berkemajuan gerakan ‘Aisyiyah yang meyakini bahwa Islam memuliakan perempuan.

Islam berkemajuan – sebagaimana dipahami oleh Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah – merupakan Islam yang mampu merespon problematika yang dihadapi pada setiap zamannya sehingga kehadirannya memberikan rahmat bagi sekalian alam.

Setelah 104 tahun (1917-2021 M) atau 107 tahun (1335-1442 H), kini ‘Aisyiyah hadir di tengah situasi pandemi Covid-19 yang telah berlangsung lebih dari setahun. Dampaknya dirasakan secara nyata pada berbagai aspek kehidupan oleh masyarakat Indonesia maupun warga dunia.

Kondisi perekonomian yang memprihatinkan akibat pandemi Covid-19 bahkan telah berkontribusi pada peningkatan angka kemiskinan dan semakin tajamnya kesenjangan sosial-ekonomi.

‘Aisyiyah menyadari betul, upaya mengatasi dampak Covid-19 merupakan peran bersama semua elemen bangsa, termasuk ‘Aisyiyah. Sebagaimana ditunjukkan organisasi perempuan ini melalui kerja-kerja nyata di tengah masyarakat mulai dari ta’awun atau kepedulian sosial, gerakan ketahanan pangan, edukasi pencegahan Covid-19 hingga layanan kesehatan bagi pasien Covid-19.

Di tengah kompleksitas tantangan yang dihadapi tersebut, Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Dr Hj Siti Noordjannah Djohantini, MM, MSi, melihat persatuan merupakan kekuatan yang dimiliki bangsa Indonesia yang bersifat majemuk untuk keluar dari berbagai persoalan. “Sekaligus menjadi energi positif untuk membangun kesejahteraan dalam kehidupan bangsa,” kata Noordjannah Djohantini.

Sebagai organisasi yang memiliki sejarah yang panjang, Noordjannah menyebut ‘Aisyiyah terbiasa bekerja bersama semua elemen untuk mengatasi problem kemanusiaan dan memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat secara luas.

Kebermanfaatan berbagai kegiatan ‘Aisyiyah juga dirasakan oleh masyarakat secara luas tanpa melihat perbedaan agama, jenis kelamin, suku, ras maupun golongan.

Noordjannah mencontohkan kiprah ‘Aisyiyah di ujung Indonesia, seperti keberadaan Taman Kanak-kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA) di pulau Arar dan sebagai satu-satunya pendidikan anak usia dini di pulau tersebut, telah dirasakan manfaatnya bagi kebanyakan warga di pulau tersebut yang jauh dari akses fasilitas publik.

Sedangkan warga pulau yang bersekolah di TK ABA cukup beragam atau bukan hanya berasal dari warga muslim saja. Demikian halnya dengan layanan kesehatan melalui klinik maupun RS ‘Aisyiyah di berbagai pelosok negeri yang telah menyediakan akses kesehatan bagi masyarakat secara luas maupun upaya kepedulian dan pemberdayaan di komunitas yang menjangkau berbagai kalangan masyarakat yang beragam.

Namun demikian, Noordjannah menyayangkan tidak jarang terjadi konflik SARA (Suku, Agama, Ras dan Antargolongan) di tengah realitas kemajemukan Indonesia yang harus terus diantisipasi dan dicarikan solusi.

“Termasuk permasalahan yang dapat memunculkan benih-benih permusuhan atau perseteruan yang beredar melalui media sosial, seperti hoaks, adu domba, ujaran kebencian dan intoleran,” kata Noordjannah, Selasa (18/5/2021).

Oleh karena itu, Noordjannah menyampaikan, persatuan Indonesia merupakan agenda yang penting dan strategis untuk terus dirawat dan diperkuat. “Sebagai modal sosial dan kerohanian yang membawa kemajuan hidup untuk mewujudkan Indonesia yang berkemajuan,” tandasnya.

Spirit Islam, imbuh Noordjannah, ialah menyatukan relasi antarmanusia. Pandangan Islam berkemajuan yang mengusung inklusivitas, toleransi, saling menghormati dan perdamaian menunjukkan visi keislaman untuk merekat persatuan antar komponen bangsa yang majemuk.

Pandangan wasathiyah-berkemajuan dicirikan dengan beragama yang tidak ekstrem (ghuluw), keras, konfrontatif, takfiri (mengkafirkan) dan merasa paling benar sendiri (fanatik-buta). “Atau bersifat tengahan, damai, toleran, menyatukan, membebaskan, memberdayakan dan memajukan atau beragama yang mencerahkan,” terang Noordjannah.

Berbekal pandangan Islam wasathiyah-berkemajuan ini, Noordjannah berharap ‘Aisyiyah dapat memperluas arena dakwah dalam kehidupan keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan semesta secara melintas-batas serta menggerakkan dakwah untuk merawat persatuan bangsa. (Fan)

Exit mobile version