DENGAN selesainya Ramadhan tahun 1442 H, kita menyambut datangnya Hari Raya Idul Fitri yang ditandai rasa syukur oleh seluruh umat Islam yang menunaikan ibadah di bulan suci ini.
Bangsa Indonesia patut bersyukur atas lancarnya kegiatan keagamaan dan sosial yang terkait dengan bulan Ramadhan. Termasuk hadirnya toleransi dan saling menghormati di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang majemuk. Hal demikian adalah salah satu modal sosial penting bagi kerukunan, persaudaraan dan persatuan nasional.
Kelancaran berbagai kegiatan di bulan Ramadhan dalam suasana yang aman dan tertib adalah tanda makin menyatunya kesadaran keagamaan dan kesadaran kebangsaan. Inilah yang harus terus dirawat dan diperkuat terus untuk masa-masa yang akan datang.
Kemenangan Idul Fitri yang ditandai saling memaafkan perlu diterjemahkan lebih lanjut untuk makin meredakan ketegangan dan pembelahan sosial dan politik yang masih terasa pasca pilpres 2019. Sudah saatnya semua kembali bersatu-padu untuk bekerja mengatasi keadaan sulit akibat pandemi dan masalah-masalah lama yang belum teratasi dengan baik.
Suasana Idul Fitri tahun ini harus dijadikan momentum untuk membuka lembaran baru relasi sosial dan politik bagi seluruh elemen bangsa yang penuh dengan suasana ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah insaniyah.
Hanya bangsa yang bersatu dan bekerja keras bersama mempunyai masa depan cemerlang. Bangsa yang berseteru dan berkonflik akan kehabisan energi untuk bisa bergerak maju dan berjaya.
Meminta kepada para pemimpin bangsa, pemimpin politik, pemimpin agama, pemimpin sosial dan budaya untuk secara sungguh-sungguh tampil sebagai teladan bagi usaha-usaha memajukan persatuan dan persaudaraan.
Ucapan, sikap dan tindakan para pemimpin diharapkan berjalan pada koridor persatuan dan menghindari perpecahan. Pemerintah menunjukkan kesungguhan mencinta dan melayani kepentingan rakyat. Sementara rakyat menunjukkan hormat dan patuh kepada aturan dan norma yg berlaku.
Sikap kritis dilakukan dengan cara yang tertib dan damai, sedangkan pemerintah juga berlapang dada dan terbuka terhadap kritik dan masukan publik.
Penulis: Dr. Sri Mulyono Presidium Pimpinan Nasional (Pimnas) Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI)
(jal/lia)
Discussion about this post