ISU kudeta yang dihembuskan oleh Ketua umum partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY selain mengundang kontroversi juga menimbulkan pertanyaan besar.
Hal itu diungkapkan oleh cendekiawan sekaligus pengamat politik dan hukum dari Universitas Nasional (Unas) Saiful Anam.
Ia menuturkan, semakin jelas adanya indikasi perpecahan didalam tubuh partai berlambang mercy tersebut. Selain adanya faksi-faksi, juga tercium aroma perpecahan antara AHY dengan Edhy Baskoro Yudhoyono alias Ibas.
“Ibas sebagai Wakil Ketua umum dengan segudang pengalaman politik, sering tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan partai maupun langkah strategis partai Demokrat,” ujar Saiful Anam kepada wartawan Rabu 3 Februari 2021.
Saiful Anam menegaskan dalam pengumuman isu kudeta, misalnya, mestinya Ibas sebagai Wakil Ketua umum harusnya muncul dipermukaan. Sehingga publik tidak menilai adanya indikasi anak emas dan anak perunggu ditubuh partai.
“Saya menduga ada anak emas dan anak perunggu ditubuh partai Demokrat,”ujarnya.
Selain itu Saiful Anam juga menyatakan, Kongres Luar Biasa (KLB) dalam tubuh partai merupakan hal yang biasa.
“Syah dan konstutusional. KLB bukanlah merupakan peristiwa luar biasa dalam sebuah partai politik. Semua partai pasti akan mengalaminya. Apalagi dalam konteks partai politik di era demokrasi pasca reformasi,” ungkap Saiful Anam.
Menurut Saiful Anam, mestinya AHY sadar dalam konteks demokrasi. Perebutan, bahkan kudeta posisi Ketua umum merupakan hal biasa dan sah-sah saja, asal masih dalam ruang lingkup AD/ART partai.
“Untuk itu tidak perlu dihembuskan apalagi sampai berkirim surat klarifikasi ke Presiden. Apa manfaatnya bagi Presiden Jokowi mengurus partai kecil seperti Demokrat,” urainya.
Ibarat keluarga, masih menurut Saiful, dalam era demokrasi biasa terjadi perbedaan-perbedaan, tidak perlu mempertontonkan kepada tetangga apalagi orang lain yang jauh.
“Kalau semua dipertontonkan kepada publik, maka publik akan menilai ada problem dan tidak dewasanya AHY dalam berpolitik,” demikian Saiful Anam. (zil/kid)