Isu Kudeta Bisa jadi Senjata Makan Tuan Bagi Demokrat

PENGAMAT politik dan hukum dari Universitas Nasional (Unas) Saiful Anam mengatakan, pasca lontaran isu kudeta yang dikatakan Ketua umum partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY membuat senior dan pendiri partai berlambang Mercy tersebut meradang.

Saiful Anam menduga, santernya opini isu kudeta yang terus bangun pengurus DPP Demokrat dan menyerang para seniornya merupakan bentuk kepanikan.

“Saya menduga upaya narasi opini isu kudeta dari pengurus DPP Demokrat kepada para seniornya menunjukkan kepanikan yang memuncak. Kalau memang AHY merasa didukung DPD dan DPC tidak perlu ditanggapi serius isu kudeta itu,” kata Saiful Kamis 11 Februari 2021.

Lebih lanjut Saiful mengungkapkan, narasi yang dibangun pengurus Demokrat yang seolah-olah seniornya HM Darmizal telah keluar dari partai yang telah dibidaninya salah.

“Sebagai kader Demokrat, Darmizal tentu tidak keluar dari partai. Waktu itu yang disampaikan Darmizal adalah berhenti sebagai Wakil Ketua Dewan Komisi Pengawas (Komwas) DPP partai Demokrat. Dia mundur dari jabatannya bukan sebagai kader Demokrat,” ucapnya.

Menurut pengamatannya, Darmizal berhenti sebagai Wakil Ketua Komwas pada tanggal 6 Mei 2018 bersamaan dirinya mendirikan Relawan Jokowi atau ReJO. Padahal saat itu, DPP Demokrat belum menentukan pilihan siapa calon presiden yang akan diusungnya.

“Pada saat itu Darmizal mundur dari jabatannya Demokrat masih gamang menentukan Capres pilihannya”.

“Kan Darmizal berhenti dari Komwas tanggal 6 Mei 2018. Sementara itu, menurut penghematan saya, DPP Demokrat baru mengumumkan dukungan kepada Prabowo sebagai Capresnya tanggal 10 Agustus 2018, sesaat menjelang pendaftaran Capres dan Cawapres di KPU. Lantas, dimana, ‘murtadnya’ Darmizal?,” tanya Saiful.

Harusnya, lanjut Saiful Anam, pengurus Demokrat tidak perlu membangun opini seolah-olah AHY didzolimi dengan isu kudeta yang dilontarkan nya sendiri.

“Saya melihat perilaku SBY menurun ke anaknya AHY. Dari dulu SBY selalu membangun opini jika dirinya didzolimi, hal demikian itu, kini dibangun pada pelanjutnya dinastinya AHY. Kalau terus demikian bisa jadi senjata makan tuan bagi AHY maupun Demokrat,” pungkas Saiful Anam. (nar/hil)

Exit mobile version