BERAWAL dari kegelisahan ketika terjadi bencana yang datang tidak dapat diduga dan seringkali menyebabkan korban jiwa yang tidak sedikit, Isti Sri Rahayu, alumni Emerging Leaders Academy (ELA) menyelenggarakan kegiatan simulasi kebencanaan, Sabtu (29/1/2022).
Simulasi kebencanaan ini digelar di empat wilayah kapanewon (kecamatan) di Kabupaten Bantul: Kapanewon Banguntapan, Piyungan, Imogiri dan Dlingo.
Kegiatan yang diperuntukkan bagi kaum perempuan ini dimaksudkan agar kaum perempuan memiliki ilmu dan pemahaman jika terjadi bencana yang datang secara tiba-tiba.
Kaum perempuan, kata Isti, adalah orang yang paling rentan dan berisiko menjadi korban jika terjadi bencana.
Di sela-sela kegiatan simulasi penanganan kebakaran di Kemasan Imogiri, Bantul, salah satu kader Partai Gerindra Kabupaten Bantul ini juga menjelaskan, ketika terjadi bencana baik itu gempa bumi, tanah longsor maupun human error seperti kebakaran, perempuan rata-rata tidak pernah memikirkan keselamatannya sendiri.
“Seringkali jika terjadi bencana yang jadi prioritas utama perempuan adalah bagaimana dengan keselamatan anaknya, keselamatan orangtuanya dan sebagainya,” kata Isti.
Karena itulah mengapa di setiap kejadian musibah kaum perempuan banyak yang menjadi korban dibandingkan dengan kaum laki-laki.
Berlatar belakang dari kenyataan itulah, Isti terketuk semangat kepeduliaannya untuk membangun wawasan dan pemahaman bencana kepada kaum perempuan dalam rangka mewujudkan perempuan siaga bencana untuk menciptakan kampung tangguh bencana.
Dalam program kali ini, Isti menggandeng BPBD Kabupaten Bantul dan kalangan praktisi kebencanaan. “Karena mereka adalah pakar di bidangnya,” tandasnya.
Ada empat praktik simulasi bencana yang diberikan oleh BPBD Bantul dan praktisi bencana, yakni simulasi jika terjadi gempa bumi, banjir, tanah longsor dan kebakaran.
Empat materi tersebut dianggap penting dan harus dipahami oleh perempuan. “Karena kondisi wilayah di empat kapanewon ini sangat rentan dengan kejadian dan musibah itu,” ungkap Isti.
Diharapkan, dengan adanya bekal pengetahuan terkait dengan musibah tersebut, kaum perempuan bisa mengerti bagaimana harus bertindak jika terjadi musibah.
“Dengan demikian korban dari pihak perempuan dapat diminimalisir dan saya berharap kegiatan singkat ini bisa menjadi bekal bagi kaum perempuan dalam menghadapi bencana,” ungkapnya.
Setelah mengikuti kegiatan tersebut, Isti berharap para perempuan dapat menularkan ilmunya di kampungnya masing-masing. “Agar cita-cita menciptakan perempuan siaga bencana dapat terwujud,” kata Isti.
Terbentuknya kampung tangguh bencana bukan sekadar impian. Akan tetapi bisa menjadi kenyataan ketika semua masyarakat memiliki bekal dan ilmu tentang kebencanaan. (Fan)
Discussion about this post