Insiden Keseleo Lidah Warnai Deklarasi Calon Bupati Gunungkidul

PERISTIWA politik, dalam hal ini deklarasi calon Bupati dan wakil Bupati Sutrisna Wibawa-Ardi Widanto sekaligus  pengukuhan tim Pempmenangan Kadung Tresna, yang dilaksanakan 4/9/20 di destinasi Wisata Ngingrong, Kalurahan Mula, Kapanewon Wonosari, Gunungkidul, membuat hadirin sulit untuk tidak tertawa.

Acara yang dipandu penyanyi campur sari kondang, Dimas Tejo begitu rapi dan runtut. Di tengah prosesi, terjadi “keseleo lidah” gagap dan sejumlah  humor politik.

Ari Siswanto, Ketua DPD PKS Gunungkidul, saat menyerahkan Surat Keputusan (SK) tentang nama Kadung Tresno, dari koalisi empat partai politik terpeleset menyebut Profesor Dr. Sumpeno, padahal yang dimaksud adalah Profesor Dr. Sutrisna Wibawa.

Di panggung yang sama, calon wakil Bupati Mahmud Ardi Widanto, saat melakukan orasi politik seperti tidak percaya diri. Dia gagap menyebut periode masa jabatan pemilihan Bupati dalam Pilkada serentak tahun 2020.

Ardi Widanto memang berbeda dengan Prof. Dr. Sutrisna Wibawa. Mantan Rektor UNY yang fasih menyebut tamu undangan satu demi satu.

Pengamatannya begitu cermat, hingga Untung Santosa pun dia sebut hadir di bagian belakang. Padahal seperti diketahui bersama, Ustad Untung Santoso adalah pendukung Deklarasi Immawan-Martanty di Nglanggeran 29 Agustus 2020 silam.

Intelektual Sutrisna Wibawa memang pintar berorasi politik. Secara rinci profesor Sutrisna Wibawa membedah Gunungkidul dalam rangka menyongsong abad Samudera Hindia.

Seluruh peserta deklarasi tidak kurang dari 750 orang, bahkan lebih terpingkal-pingkal ketika H. Totok Daryanto, Bendahara umum DPP PAN didaulat berpidato.

Sambutan kocak Totok Daryanto dalam menyebut Calon Wakil Bupati “Itu anak siapa”, sontak disambut gelak ketawa. Termasuk saat dia meledek Sutata yang berjaket PAN tetapi juga berbaju Gerindra.

Deklarasi Kadung Tresna bukan berarti mulus dan sempurna. Di tengah upacara, Dimas Teja menyerukan agar seluruh peserta mematuhi protokol Covid-19. Cuci tangan, mengenakan masker, tetapi kerumunan dan jaga jarak gagal dilaksanakan. (har/fik)

Exit mobile version