PERUBAHAN iklim musim hujan ke musim kering, dan sebaliknya, berpotensi terhadap kerawanan bencana alam yang bisa terjadi kapan pun dan dimana pun.
Termasuk di daerah permukiman yang berada di perbukitan, maupun kawasan perkotaan yang mengalami pengurangan lahan resapan air yang berpotensi terjadi bencana kekeringan dan genangan air atau banjir.
Hal ini perlu diperhatikan masyarakat yang berdomisili di kawasan tersebut terhadap upaya pencegahan terjadinya bencana disekitar permukiman serta menghindari diri dari bahaya terdampak bencana.
Dihubungi, Minggu (30/05/2021), Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Bogor, Dede Armansyah, mengatakan, cara pencegahan bencana alam pada umumnya dimulai dari kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan hidup.
“Pencegahan itu dapat dilakukan dengan cara menghindari membangun rumah atau pemukiman serta fasilitas umum di bawah atau dekat tebing. Membuat sengkedan atau terasering di lereng terjal apabila ingin mendirikan kawasan pertanian dan pemukiman. Menghindari membangun kolam atau perkebunan di lereng yang dekat dengan pemukiman warga,” ucapnya.
Apabila terlihat ada retakan di tanah, kata Dede Armansyah mengatakan, segera tutup retakan tersebut dengan tanah yang kemudian dipadatkan, sehingga air hujan tidak bisa menerobos celah-celah tanah. Hindari pula melakukan pemotongan tebing sehingga menjadi tegak lurus.
“Jangan melakukan penebangan pohon di dekat lereng, pohon menjadi penyangga tanah dan resapan air. Hindari mendirikan pemukiman di tepian sungai, hal itu karena rentan terkena erosi. Jadi carilah daerah lain yang lebih aman untuk mendirikan rumah,” kata Dede Armansyah.
Ia juga menyarankan untuk membuat lubang biopori, membuat saluran pembuangan air (SPA) yang otomatis bisa menjadi saluran penampungan air tanah (SPAT). Saat terjadi curah hujan dengan intensitas yang tinggi, saluran menjadi SPA, tetapi ketika intensitas hujan rendah dapat berubah menjadi SPAT.
“Cara umum lainnya yaitu menanam jenis tanaman keras dan ringan, yang memiliki perakaran yang menancap dalam di wilayah curam,” imbuhnya.
Sosialisasi dengan jangkauan semua penduduk yang tinggal di lereng juga penting dilakukan supaya bisa melakukan evakuasi yang benar dan tepat saat terjadi tanah longsor. ‘Sosialisaai jalur evakuasi di daerah rawan bencana kita lakukan setiap tahun,” tandasnya.
Disinggung adanya pengurangan daerah resapan air di kawasan Cibinong Raya telah terjadi perubahan areal terbuka menjadi areal tertutup oleh bangunan fisik dari tahun ke tahun, Dede Armansyah mendorong digiatkan pembuatan lubang resapan biopori.
“Kawasan yang mengalami pengurangan daerah resapan air dapat menimbulkan kekhawatiran akan berkurangnya infiltrasi air ke dalam tanah menyebabkan imbuhan terhadap akifer bebas semakin kecil, akibatnya limpasan permukaan semakin besar yang membentuk genangan pada lokasi tertentu dan pada akhirnya akan menimbulkan banjir. Sementara, dimusim kemarau akan kekurangan air tanah.
Untuk daerah-daerah yang kondisinya demikian, kata Dede Firmansyah menjelaskan, perlu upaya untuk dilakukan
imbuhan buatan yang digunakan untuk penyimpanan air bawah tanah jangka pendek atau panjang, sebab
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan penyimpanan air permukaan.
“Salah satu metode yang digunakan adalah pembuatan lubang resapan biopori,” tutupnya.
Untuk diketahui, Lubang resapan biopori adalah lubang-lubang tanah yang terbentuk akibat aktivitas organisme di dalamnya, seperti cacing, perakaran tanah, rayap, dan fauna tanah lainnya. Dengan adanya aktivitas fauna tanah pada lubang resapan maka biopori akan terjaga kemampuannya dalam menyerap air dan akan terusterpelihara keberadaannya,
Teknologi peresapan air hujan ini adalah Model Peresapan Air Hujan yang dikembangkan atas dasar prinsip ekohidrologis, yaitu dengan memperbaiki kondisi ekosistem tanah untuk perbaikan fungsi hidrologis ekosistem tersebut.
Manfaat lubang resapan biopori adalah :
1. Memelihara cadangan air tanah
2. Mencegah terjadi tanah amblas (subsidence) dan keretakan tanah
3. Menghambat intrusi air laut
4. Mengubah sampah organik menjadi kompos
5. Meningkatkan kesuburan tanah
6. Menjaga keanekaragaman hayati dalam tanah
7. Mengatasi masaalah yang ditimbulkan oleh adanya genangan air seperti demam berdarah, malaria, kaki
gajah
8. Mengurangi masalah pembuangan sampah yang mengakibatkan pencemaran udara dan perairan
9. Mengurang emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan)
10. Mengurangi banjir, longsor, dan kekeringan.
|B-01|